Hal yang tidak diajarkan di Keluarga: Finansial Keluarga

Keluarga gue cukup konservatif dalam pengelolaan uang. Dalam artian, selama ini gue tidak diajarkan dengan benar (atau mungkin terstruktur) bagaimana sebaiknya kita mengelola keuangan kita dengan baik. Walaupun secara real-life Bapak dan Ibu di rumah mencontohkan langsung hasil yang didapatkan dari mengelola keuangan.

Apakah belajar financial memang harus diajarkan dari orang tua?

harapan gue sih begitu yah.

belajar memanage pendapatan (walau uangnya dikasih orang tua) baru gue dapatkan semasa SMP kelas 1. Uang jajan gue dulu cuma 5000 rupiah tapi bagaimana uangnya tahan-tahan untuk tiga sampai 5 hari (hebat banget yah hahaha), tapi karena memang duitnya yang dipunya nge-pres sih.

Seandainya itu bisa dipelajari lebih awal, belajar budgeting dan money spending terukur, mungkin kita punya skill memumpuni. Usia-usia dewasa, terutama setelah mendapatkan pekerjaan dan gaji personal, Bapak dan Ibu baru mengajarkan gue tentang mengalokasi dana dengan mebangun berbagai aset.

Bapak dan Ibu tidak tahu saja, anaknya sudah kebobolan banyak dan aliran danannya sudah mengalir kemana-mana ketika rekening ini berbunyi hahaha. dan yang terjadi apa? tentu menabung bukan jalan cepat untuk mencapai target keuangan. Tapi yah begitulah orang tua, pada dasarnya mereka juga ‘mungkin’ tidak sedalam itu mendapatkan ilmu keuangan.

Hal yang paling gue benci adalah istilah “kalau gak nyicil gak punya apa-apa”

Sering banget Bapak gue ngomong begini sampai rasanya gerah banget, dan akhirnya mindset itu nempel dan tentu saja gue terjebak dengan konsep menyisil karena dipaksa membeli aset yang sebenarnnya gue gak tahu peruntukannya untuk apa.

Sampai sekarang pun ketika tulisan ini dibuat, gue masih strugling nih dalam kondisi mencicil, dan itu melelahkan banget dan gue gak suka kondisi yang memaksa kita untuk menyerahkan uang bahkan sebelum kita melihatkan di tabungan kita sendiri. Yah, walaupun konsep ini berbeda dengan ke-kekeuhan gue, ternyata untuk yang sulit menabung , cara mencicil bisa cukup ‘work’ kok, dengan catatan harus disiplin.

Pelan-pelan gue perbaiki hal-hal ini, percaya atau tidak (PERCAYA AJA DAH), sekarang konsep mencatat pengeluaran yang gue lihat dari Instagram Mbak Prita (Financial planner) sekecil apapun bisa memberikan efek yang baik, dan gue udah mulai paham bahwa budgeting itu sepenting itu, bahkan bisa nabung walau peendapatan pas-pasan.

Kita dituntun untuk belajar secara mandiri, untuk tanggunghawab yang kita buat sendiri. Apalagi usia dewasa, sudah sepatutunya responsible terhadap keputusan yang dipilih, Memang Bapak dan Ibu tidak mengajarkannya, tapi sekarang gue memandangnya sebagai perbedaan presepektif saja tentang konsep finasial, dan gue secara tegas bilang tidak walau mereka sedikit memaksa.

Gue cukup berbangga juga sih sama Bapak dan Ibu dengan pilihan financial planner-nya berhasil setidaknya untuk hidup mereka sendiri dan sangat tidak merepotkan anak-anaknya, justru mereka banyak membantu dalam koindisi darurat haha

tetap yaaaa..

bisa ceritakan dong, gaya financial orang tua kamu gimana?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *