Sepertinya itu yang dirasakan banyak orang yah, termasuk gue. haha
Beberapa hari ini selalu kepikiran kenapaaaaaa gue berada di situasi ini. Wow, walaupun seharusnya di usia seperti ini, kita sudah berada di tahap acceptance. Yang artinya hal-hal seperti ini tidak seharusnya menjadi dilema.
tapi manusia tetaplah manusia, mau seberapa tua usiamu hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, rasa selalu dibandingkan, merasa tertinggal akan selalu ada. And, that is totally normal.
Apa yang sebenarnya dirasakan?
yang paling kentara adalah usaha kita berkali-kali lipat tidak membuahkan hasil signifikan. Benar jika kita sudah sepatutnya menghargai effort, tapi ini terasa sia-sia tidak yah kalau sampai ujung kita gak melihat hasil yang diupayakan? apakah kita sebodoh itu? ataukah memang bodoh karena mengusahakan yang bukan jalannya. Nah kan bingung kan lo?
Sebagai contoh saja, sejak bulan Februari ini gue giat untuk melatih bahasa Inggris gue. Dengan tujuan mengejar scholarship. Niat awal memang ‘tidak’ sebesar itu, sehingga apa yang diusahakan adalah sesuatu yang setengah hati. tapi di sisi lain, gue gak mau menyia-nyiakan kesempatan. Karena beberapa kesepatan sebelumnya sudah gue lewatkan dengan effort gak kalah besar. Tapi hasilnya juga tidak membuahkan apa-apa. Sampai sini, gue masih berfikir positif, setidaknya berusaha itu memberikan pengalaman yang komperhensif.
Februari ke Juni bukan waktu yang sebentar, effort dilakukan dengan membuang waktu yang lumayan banyak, uang yang tidak sedikit, dan tentunya semangat yang ditumbuhkan berkali-kali karena sempat runtuh juga berkali-kali;. Dan hasilnya apa? Tidak signifikan.
Darimana gue bisa menilai?
Gue bisa menilai dari hasil-hasil evaluasi yang gue lakukan, dan beneran tidak progesif. Yang paling disalahkan siapa? tentu saja diri sendiri. Lima bulan loh, lima bulan sudah jalan dan gak ada progess itu bisa gue bilang gue bodoh, asli.
Bisa jadi gue terlalu kasar dengan mengatakan diri sendiri sebagai bodoh. tapi ini gak bisa diimbangi lagi dengan ‘yang penting bisa berusaha’ dan ‘pasti bisa diperbaiki’ nooo guys, kalau di perusahan, pasti gue dianggap tidak perform, dan OUT.
Berada di poin pinter gak pinter, bodoh juga tidak terlalu itu seperti menertawakan diri sendiri.
Mari kita tertawa.. hahahaha asli garing banget
Di sisi mau berderai air mata gue juga udah terlalu lelah, membangun effort sudah di titik jenuh, tapi mau menyerah sudah terlalu sayang.
Tulisan ini adalah bukti evaluasi diri gue sendiri sebenarnya, karena nyatanya gue takut gagal.
Faktornya, sampai sini gue yakin karena tes yang akan gue ambil adalah kesempatan satu-satunya, dan bisa membuka banyak keputusan besar nantinya. Gue jadi merasa takut, beneran. Sayangnya rasa ketakutan ini berhasil membuat hati dan nyari ini menciut, instead semakin termotivasi, justu niat itu menurun. Setidaknya itu yang gue rasakan.
Nonton video motivasi sana?
Wow, I have seen tons of videos, man.
I don’t know, it’s just me in my boring-burnt out zone, aja kayaknya. Karena hal-hal yang membosankan biasanya mudah sekali gue tinggalkan.
Semoga setelah gue merasa lebih baik dalam mengusahakan sesuatu.
Kata ibuk, gue pinter kok. Walaupun secara genetik gak sepenuhnya benar yah. Ibuk selalu bilang gue adalah orang yang bisa melihat peluang. Mengejar sesuatu gak harus menunggu dulu menjadi pintar tapi bisa jadi peluang itu saja yang belum terlihat. Nice words gak sih haha.
Semoga hidup kita indah yah teman-teman. Gue akan update hidup gue setelah ini, karena gue mau tidak mau akhir bulan ini akan submit aplikasi gue dan harus lulus. Dan itu bukan pilihan. Gue juga penasaran sejauh apa bisa berkembang
Apakah bisa jadi pembuktian gak sih kalau gue sebenarnnya pintar?