Should i move here (like forever?)

Siang ini gue sedang memandangi laut dan Pantai Senggigi. Ini tulisan gue buat langsung di lokasi yang sama, dan sekarang tepat pukul 14.30 WITA.

yah, masih di Lombok.

Tempat yang selalu bikin orang semangat untuk liburan karena memang ini adalah tempatnya. Like i do right now. Tapi kontennya gue gak sedang liburan.

Sebentar gue spill dulu potonya

Gimana? cantik yah. Ini pertama kali loh gue bikin blog direct kayak gini, langsung ambil gambar dan upload.

Hidup di Lombok lebih kurang memasuki tahun ke 7, bulan Januari nanti.

Ada rasa kayak baru kemarin, padahal ternyata selama ituuuu.

Sejauh ini pilihan gue masih kekeuh untuk pindah (mutasi) dan pulang ke rumah gue di Lampung.

tapi akhir-akhir ini rasanya berbeda. Ada perasaan lelah untuk memikirkannya dan pengen rasanya di sini aja.

Tentu, pertimbangan ini tidak serta muncul begitu saja, perasaan denial ini sudah muncul sejak pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini dari tahun 2018. Ada rasa ‘gak betah’ karena diawal-awal gue merasa banyak ‘shockculture dengan konsep slow living di sini yang menurut gue sedikit toxic untuk gue yang kerjanya banyakan sat set sat set.

Juga perasaan jauh dari keluarga yang membuatnya terasa berat berkali lipat.

Tahun 2020-2022 semuanya semakin menjadi, ketika pandemi dan semuanya terlihat tidak menyenangkan, walaupun gue sebenarnya berada di Pulau yang indah.

Tahun 2023, gue sudah mulai agak calm, sepanjang tahun ini gue mendalami banyak aspek yang memberi kesimpulan, hidup di sini itu tidak seburuk itu. Yah, memang gak buruk, sejak awal. Tapi memang dasar gue aja yang skeptis.

Gue mulai mengamini bahwa gue berkembang banyak di sini, walau memang tidak sebesar itu. tapi sebagai pembuktian ternyata gue hebat gue.

Datang tanpa kenal siapapun, circle bertambah walau yah memang orang-orangnya segitu-gitu aja. Punya tempat tinggal yang cukup, tidak jauh dari kantor, tidak perlu bermacet-macetan,biaya hidup murah dan sederhana, alam yang indah. Pekerjaan juga mendukung untuk melakukan banyak hal. Bukannya itu hidup yang ideal yah?

Gue merasa hal-hal seperti menjadi semakin dan terlihat ideal untuk dijalani, apalagi kita sudah tidak muda lagi.

Other side, ini seperti jebakan kalau hidup gue akan berakhir gitu aja, i mean – gini doang?

Ada rasa ngalor ngidul yang belum bisa ditentukan karena arahnya belum jelas. Gue sendiri aja gak jelas.

Beberapa temen gue yang anak rantau pun memutuskan untuk hidup di sini dan memulai hidup baru, menerima keadaan karena hidup dan berkembang biak di sini juga bukan hal buruk. Bagus malahan, quality of live di sini gue akui bagus.

Sampai sekarang walau sudah memasuki tahun ke -7, rumah ini masih belum terasa ‘rumah’ kok bagi gue. Ini merupakan pembelajaran hidup terlama bagi gue berada jauh dari family di sepanjang hidup gue. Hari-hari gue pun mengutuk diri sendiri, mengapaa sampai sejauh ini. Padahal hidup dengan keluarga inti dekat dengan orang rumah pasti akan terasa menyenangkan.

Ada rasanya ingin membawa orangtua gue ke sini juga merasakan apa yang gue lihat, apa yang gue nikmatin di usia tua mereka, dan bersantai lebih banyak daripada yang gue lakukan sekarang, tapi gimanaa?

Ada perasaan takut diri gue kalau sampai akhirnya gue kehilangan jati diri gue dan menerima kenyataan, bahwa gue memang sudah ditakdirkan hidup di sini.

Sampai saat ini, gue masih menolak.

4 Replies to “Should i move here (like forever?)

  1. hai mas, ga sengaja gw ketemu blog lo tentang anak rantau, jauh dari keluarga dan sama2 meniti karier dan memilihnya di Lombok.
    gw baru 2th dan hampir 3thn disni pun msh sangat merasa feeling lonely. temen (ada) tapi mereka punya keluarga masing2.
    sebenernya banyak kenyamanan dsni, tp gw juga msh denial menerimanya. ingin segera mutasi juga dari sini tapi gw juga terikat β€œ10thn” itu.
    banyak hal yg membuat ga nyaman, apalagi di dunia pemerintahan dsni. heuheu

    mungkin gw kurang bersyukur apa ya :”)

    1. memang sepertinya dilema kita akan selalu sama. Merasa bukan hidup kita bukan di sini tetapi kita ‘dipaksa’ hidup di sini. Memang benar di awal ini adalah pilihan dan konsekuensi kita. Tapi tidak terbayangkan ternyata sebegini beratnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *