Salah satu peristiwa tidak terduga di Tahun ini adalah…
Gue yang tiba-tiba berangkat umroh.
Literally, tiba-tiba, gak pakai wishlist dan goals of the year dan sebagainya.
Di Tahun 2022, tidak terbesit dipikiran gue untuk pergi berangkat umrah secepat itu. Yah, walaupun sebenarnya tidak cepat seperti yang sebenarnya. Tapi nyatanya, keinginan itu muncul ketika memang sudah ada panggilannya. Dan gue pasrahkan setelahnya.
Rencana umrah memang sebenarnya telah ada sejak tahun 2019. Tahun itu, ibu yang sedikit tapi sering dan berkali-kali ngotot untuk ngajak umrah.
Dan dengan tegas gue bilang, “Ibu, aku belum ada uangnya”
Iya jelas saja, umrahkan gak muraaah, dan gue masih di tahun kedua bekerja (waktu itu)
Setidaknya, minimal mempersiapkan untuk keberangkatan gue sendiri, dan segala printilan yang gak ada ujungnya. Setelah gue rasakan sendiri, beneran buanyak banget keperluannya.
Oke … oke..
itu kita ceritakan nanti.
Kita mulai saja dulu dengan “Bagaimana rasanya?”
Cerita ini dibuat enam bulan setelah keberangkatan gue. Sekarang ketika gue melihat scene–scene bersliweran di media sosial soal Madinah dan Mekkah, kek .. “Hah .. gue masih ingat banget rasanya di depan situ” – masih kayak mimpi pernah ada di tempat terindah itu.
Benar kata orang, Perjalananan umrah itu adalah panggilan, sejauh mungkin kamu menghindar, maka jalannya akan tetap di situ juga.
Mungkin 2023 adalah waktu yang tepat dan moment yang presisi.
Januari 2023. Ibu selalu berkata ” kalau bisa tahun ini yah”
Kata-kata itu lah yang selalu di-reminder sama Ibuk setiap kali kita saling bertelepon. Dan gue jawab sekenannya aja “Iya buk”.. Tanpa memaknai, iya yang dimaksud adalah harapan besar bagi orang tua.
tapi karena merasa belum mampu, dan belum siap secara mental. Gue dalam hati gue jawab “TIDAK. BELUM SAATNYA”
Sempat gue berpikir, kalau gak sekarang, kapan lagi. Mumpung Ibu dan Bapak masih ada.
Jujur saja, semakin dewasa kita, semakin kita sadar orang terdekat kita bisa pergi kapan saja. Dan gue setakut itu tidak mengabulkan keinginan Bapak dan Ibu.
Tapi jawaban gue tetap sama waktu itu ” Bentar yah bu, lihat cutinya dulu”
Februari 2023, perasaan itu makin ngalor ngidul gak jelas. Ada rasa bersalah ketika gue spend more money, bukan pada janji gue sama Ibuk, tapi malah menghabiskan uang gue untuk nonton konser K-Pop yang sebenarnya kalau diitung-itung yah gak murah juga.
Gue ngikutin ambi gue untuk memenuhi bucketlist gue dulu. Lagi-lagi gue lupa janji gue sama Ibu, tapi ibuk selalu mengingatkan janji ini.
Masih gue jawab sekenanya
“abis lebaran yah bu’
nyatanya gue gak lihat kalender pun.
Maret 2023, gue gak tahu energi dari mana yang menuntun gue untuk mencari tahu lebih banyak tentang umrah. Well, gak munafik kalau ada rasa bayang-bayang ketakutan saat orang orang bilang
“Nanti di depan Kabbah, semua dosa dosa kita akan muncul semua”
“nanti Allah bayar LUNAS Dosa kita di Kabah”
Sepertinya narasi-narasi itu justru menciutkan semangat kita untuk pergi beribadah. Nyatanya, kita memang seharusnya datang ke sana untuk pengakuan dosa. Bukan ditakut-takutin tanpa ada dasarnya. Dosa udah ada takarannya kan yah. Dan yang berhak mengakimi kita yah cuma Allah aja. Narasi-narasi itu hanya membuat orang memilih mundur, sedangkan yang terjadi aslinya malah kebalikannya. Sangat Indah.
Kenapa juga gue dulu ke-trigger dengan narasi gak jelas kayak gitu yah. Heran juga gue.
FYP Tiktok dan Reels gue secara otomatis berubah, seolah alogaritma turut mendengar dan merasakan apa yang gue pikirkan.
Gue check jadwal, jatah cuti gue, dan tentu saja tabungan gue, and
“Lets do this”
Maret 2023, bulan pertengahan.
Gue oke-kan ajakan ibu untuk rencana ibadah ini. Dengan catatan, tentu saja gue yang mengatur itu semua. Mulai dari memilih jasa travel hingga printilan kecil yang gue pikirkan disambi dengan kerja, naik pangkat, urus serdos dan jarak yang memisahkan antara gue dan ibu di rumah, sedangkan gue di Lombok.
Kek .. wuhhh. ruwet sekali. Ditambah gue ambil jadwal umrah setelah lebaran Idul Fitri, persisnya hari Ke -5 Idul Fitri (5 Syawal)
Memilih Jasa Travel
Hal yang krusial adalah memilih jasa travel yang kompeten. Dalam pikiran gue, jasa travel ini harus yang sudah sekaliber itu untuk mengakomodir kebutuhan Bapak dan Ibu. Singkatnya, jangan sampai Bapak dan Ibu kecapean, sehingga ibadahanya jadi gak fokus.
Dalam artian, pilihan travel gue juga akhirnya mengerucut untuk tipe tipe tour travel exclusive yang tentu saja harganya tidak murah. Tapi gue yakinkan ke diri gue sendiri, gue pasti mampu. Demi Bapak dan Ibu.
Kenapa hal ini perlu lo pertimbangan. Secara sederhana kita bisa memilih dari pilihan pelayanan yang ditawarkan, sebenarnnya cukup standar. Pilihan maskapai, pilihan hotel, pilihan akomodasi antara Madinah dan Mekkah adalah hal-hal yang gue highlight. Karena sangking pengennya gue kasih hal yang positif untuk Bapak Ibu. Sayangnya yah, gue belum bisa mengakomodir pilihan kelas dari economic ke bussiness class, karena asli mahal banget njir.
Saling banding antar jasa travel, ada yang bagus tapi jadwal keberangkatannya gak cocok. Ada yang jadwalnya cocok, tapi kita gak cocok dengan paketnya. Lama banget sampai akhirnya gue decide cari travel yang bisa approchable antara gue, Ibu dan Bapak yang terpisah antar pulau ini.
Gue pesen travelnya di Lombok, tapi based travelnya di Jakarta, dan perlengkapan umrahnya dikirim ke Sumatera. Sungguh sangat effort. Tapi jujur gue excited waktu itu.
Pilihan Rute
Sebagai perbandingan, ada berbagai pilihan penerbangan yang memberangkatkan kita ke Saudi Arabia. Pilihan pertama, apakah kita mau langsung turun di Mekkah dan langsung Umrah atau memang mau turun dulu di Madinah baru ke Mekkah.
Jujur gue itu gak paham, waktu itu. Kalau ternyata Ibadah Umrah itu hanya berlangsung di Mekkah saja. Dalam pemikiran gue selama ini, setiap kita ke Saudi Arabia yah pasti umrah. haha, asli gue norak banget.
Makanya penting bagi kita untuk tahu itinerary nya terlebih dahulu karena bener Ibadah Umrah itu adalah ibadah fisik dan mental. Penting bagi kita untuk maintain tubuh dan pikiran kita untuk stay calm. Apalagi gue bawa Bapak dan Ibu yang tergolong lansia. Jadi rute ke Madinah adalah pilihan utama gue.
Untuk urusan airlines pun gue sudah memblack-list maskapai yang menurut gue terlalu riskan. Entah itu kegagalan keberangkatan atau yang terindikasi mencurigakan. You know what i mean.
Akhirnya gue pilih maskapai luar yang mengakomodir keberangkatan yang proper dan nyaman, walaupun sambil transit juga dan mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama, Tapi gpp, yang penting Bapak dan Ibu nyaman.
Kelengkapan Berkas
Kadang terasa sepele, tapi sebenarnya lumayan memakan waktu. Gue udah wanti-wanti ke Ibu kalau mau keluar negara pastikan passportnya masih hidup, dan gue minta semua berkas dikirim dalam bentuk softfile, dan passport asli di kirim ke Lombok untuk diteruskan ke Jakarta untuk kepengurusan visa.
Untung Ibu dan Bapak dari dulu memang orangnya sigap, jadi gue gak maslaah soal ini. Tapi kebutuhan ini bisa jadi rumit, dan diperlukan kesiapan yang lebih banyak, kalau memang orang tua kta gak cukup sigap dan kita (anaknya) yang reminder untuk cepat dikerjain semuanya.
Berhubung Bapak dan Ibu semangat, yah gue semangat juga.
Waspadai Pengeluaran Tambahan yang Tidak terduga.
Wah, ini jujur agak zonk sih sebenarnya.
Harga yang tertera di pembayaran tour travel itu baru Base Payment. Alias masih dasar banget, dengan konsep yang juga masih sangat umum sekali. Dan ini lumayan menjebak (wajar saja namanya juga jualan)
Jadi tuh yah, paket yang diberikan itu sangat umum. kayak satu kamar ber empat orang (sedangkan gue ber-tiga) dan hal-hal lain yang harus kita purchase supaya kita hanya khusus ber-tiga saja dengan keluarga inti tanpa digabung dengan orang lain. Ini selisihnya lumayan sih
Karena kemarin gue berangkat dari Palembang, sedangkan keberangkatan kita dari Jakarta, otomatis gue harus terbang dulu ke Jakarta kan. Nah ini biaya lainnya yang lumayan besar kalau dihitung-hitung selisihnya. Belum persiapan keberangkatan, yasinan, beli baju dll, uang saku dan banyak lagi lainnya.
Ini kalau gak lo budgeting secara spesifik sih bakal keteteran. Dan jujur aja gue lumayan keteteran karena gak menduga selisihnya segitu.
Dari base payment yang gue bayarkan ke Tour Travel kayaknya naik 30 persen lebih untuk memberikan pelayanan ekslusif demi bisa hanya bertiga dengan Bapak Ibu.
Hal-hal ini perlu diwaspadai sih. Kasih perhitungan yang cermat tentang pengeluaran ini. Dan gue udah serapih itu nyatetnya, akhirnya kebobolan dan berakhir dengan ‘yaudahlaaaaah duit bisa dicari’
Harusnya gak boleh gitu.
Tapi jujurly, umrah adalah perjalanan ibadah yang paling menyenangkan dan memorable bagi gue. Bukan hanya karena tempatnya yang indah, perjalanan ibadah yang strugle karena ketidak tahuan gue, tapi juga bepergian dengan Bapak dan Ibu yang pertama kali hanya ber-tiga, dan gue baru ini mengenal kepribadian Bapak dan Ibu secara mendalam.
Seumur-umur sampai gue segede ini, gue gak pernah tahu karakter Bapak dan Ibu aslinya seperti apa. Yang jelas nurun juga ke gue, tapi Bapak dan Ibu juga yang ngasih pembe;lajaran berharga buat gue ketika pertama kali menginjakan kaki di sana.
Saat pertama gue sujud di Masjid Nabawi, dan air mata gue tumpah sejadi-jadinya.
(to be continued)