Best feeling ketika akhirnya (setelah sekian lama) bisa menjejakkan kaki ke luar negara untuk pertama kalinya. Beneran, rasanya satisfy bangeeeeet karena alhamdullilah perjalanannya berjalan dengan lancar sampai gak sabar mau membagikannya kepada kalian semua.
Sebagai catatan, ini adalah perjalanan pertama gue setelah pandemi dinyatakan dlonggarkan, sempat maju mundur dengan arrange jadwal karena peraturan yang berubah-ubah. Di sisi lain lihat kalender, kenapa oh kenapa sudah tidak nampak lagi tanggal merah setelah bulan Agustus 2022, dan akhirnya gue memutuskan untuk menggunakan masa cuti gue digabung dengan hari terakhir tanggal merah di weekday. Yah, sebagai pekerja 8 to 5 yah begini. Pintar-pintar cari strategi supaya tetap menambah khasanah pengalaman baru.. ceileh..
Bukan perjalanan kalau tanpa drama, for sure, tapi gak serta merta menjadi halangan untuk terbang melintas.
Drama Pertama tentu saja drama Passport Expired,. Hal ni lumayan menyulitkan karena artinya passport kita kembali kosong tidak ada stampel sama sekali dengan passport perpanjangan. Dan untuk perjalanan pertama after pandemic, tentu ini menyulitkan. secara teknis karena memang seketat itu dan orang-orangnya kenapa dah pada skeptis gitu di imigrasi. Kayak dikira mau selundupan gitu hahaha. Anyway, proses gue update passport gue tulis di sini . Dan indikasi ‘seolah’ gue gak pernah ke luar negara sama sekali. Padahal kali terakhir gue ke luar negara di bulan Februari 2020, tepat hampir ditutupnya border selama dua tahun lamanya.
Jadi untuk kamu yang berencana bepergian ke luar negara, coba dicheck masa berlakunya sampai kapan, Jangan ambil risiko dengan masa expired yang telah dekat (maksimum 6 bulan sebelum tanggal berlaku habis), jadi lebih baik diperpanjang dulu, sisanya kita bisa pikirkan belakangan, dan jangan lupa untuk simpan baik-baik passport lama, in case dibutuhkan jika kamu “dianggap” gak pernah ke luar negara sama imigration. Tinggal kasih lihat aja deh. Ini kejadian sama gue pas kemarin baru mau berangkat dari Lombok dan ditanya-tanya lumayan banyak di imigrasi, dikira gue mau jadi TKI jalur mandiri kayaknyaaa.
Kedua, beli tiket jauh hari. Ini basic tapi menjadi tidak basic karena demand penerbangan antar lintas negara sekarang lagi tinggi banget. Semacam merayakan kebebasan setelah dua tahun terkurung kan yah bundd, makanya diantisipasi. Kalau jadwal kamu sudah fix dan kayaknya udah 80% tidak berubah, book the ticket. Jangan kayak gue yang mendadak dangdut (karena harus urus cuti dulu), karena selisih tiket dengan yang mepet tanggal kerasa banget bedanya. Cari maskpai yang promising tidak menggonta ganti schedule, gue yang panas dingin kemarin karena penerbangan ke KUL yang direct hanya diakomodir oleh satu maskapai, jadinya gak ada pilihan lain. Penerbangan satu hari sebelum berangkat itu statusnya dicancel, udah kek rugi banget sih kalau sampai akhirnya dicancel juga hari itu dan kudu berangkat esoknya, pasti mood udah berantakan.
Ketiga. Pakai Jasa Asuransi . Sorry to say kalau akhirnya malah nambah pengeluaran yah, tapi percaya deh, dengan adanya asuransi yang mengcover perjalanan sampai balik ke Indonesia itu bikin tenang banget. Dulu, mana pernah gue kepikiran beli asuransi, hahaha tapi sekarang gue gak mau ambil risiko. Walaupun beberapa negara tidak mewajibkan menggunakan asuransi kesehatan (terutama COVID-19), tapi asuransi perjalanan wajib hukumnya. Gue rela gak bayar bagasi karena dananya gue alokasikan ke sini. Gak sanggup gue ngebayangin kalau sampai akhirnya penerbangan gue batal, tiket direfund 3 bulan sedangkan schedule gue sudah fix dan gue harus bayar tiket lebih mahal lagi. Asuransi at least (kalau lolos klaim) bisa mengurangi dampak itu deh, dan menurut gue masih worthy. Sekarang, walaupun penerbangan domestik atau enggak, gue tetep beli asuransi yang sudah bundling tiketnya. Tapi tetep di baca term and conditionnya yah.
Keempat, pakai roaming internasional. Sebenarnya ini opsi yah, gue dulu terbiasa beli sim card baru untuk satu kali perjalanan, tapi agak ribet karena gonta ganti kartu. Menurut gue pilihan untuk pakai roaming internasional gak sulit, dan gak terlalu mahal juga. Kebetulan kemarin gue ambil paket ASEAN (jadi beberapa negara asean sudah tercoverage) untuk 15 hari dan lumayan banget. Sisanya untuk upload gambar dan lain-lain, pakai wifi hotel cukuplah. Untuk yang ini prefer diaktifkan di Indonesia, karena udah pernah coba sekali aktifkan di luar negara (waku itu lupa banget) gak bisa sama sekali dipakai. Haha.. belajar dari pengalaman semua kudu beres sebelum berangkat.
Kelima. personal document. Kalau ini bentuk resposibilities kita aja yah dengan perjalanan yang mau kita ambil, gue lebih baik overprepared daripada menanggung risiko yah. Jadi gue lumayan konservatif dengan masih ngeprint berbagai berkas, mulai dari tiket, bukti vaksin, tempat stay, asuransi, dan beberapa lainnya yang sekiranya perlu di tempatkan di pouch kecil yang mudah dijangkau. Jadi pas ditanya di imigrasi yah gue tinggal kasih aja. Gak perlu banyak ditanya, dan ini lumayan membantu.
Lah, malah jadi cerita persiapan keberangkatan jadinya, belum cerita gimana perjalanannya hahaha, tapi gak papa- sekarang gue mix antara tulisan dan visual. Jadi sengaja gue visualisasikan biar terbayang kondisinya. Anyway, di video tahap persiapannya gak ada, jadi memang langsung hari pertama setiba di Kuala Lumpur.
Gue pergi ke Malaysia untuk mengunjungi teman-teman, dan sekaligus ‘refreshment‘ aja karena sudah lama gak ketemu langsung. Kita pergi makan jalan-jalan, basic lah atau cenderung sangat touristy yah haha. Sama mengunjungi salah satu Art Exhibiton yang lagi happening banget di Kuala Lumpur, lokasinya di Lalaport (Mall Jepang terbaru di Malaysia), sambil lihat videonya aja yaah biar seru !!!
Apa yah, the feeling when you finally did it itu sebenarnya yang menggebu-gebu haha. Yah walau gue tahu ini cuma ke negara sebelah, tapi yah tetap aja gue semangat aja. Semangat untuk pengalaman baru salah satunya yaaa.
Setelah puas main di Lalaport (lebih tepatnya ambil poto banyak-banyak), kita melipir ke daerah Cheras buat ke Food Night Marketnya. Nice to see, karena di Lombok kayaknya gak ada night market yang selalu available kalau bukan karena memang event aja gitu. Di sini Night Market itu reguler yah, dan yang jualan juga macam-macam bentuknya jualannya. Mirip kayak di Bangkok. Tapi sayangnya ini Chinesse Market, jadi banyak yang Non-Halal, tapi salut sama penjualnya, walaupun semupeng itu pengen nyobain jajanannya, mereka kasih tau ini makanan mengandung Pork, dan yaudah kita gak jadi beli dan mereka totally fine. I mean yeah, setelah sekian lama ternyata petualangan yang begini-begini gue rindukan. Jujur aja gue memang suka jalan, asupan gue selama ini cuma dari vlog-vlog di Youtube sambil belajar mereka cobain experiencenya sendiri, kayaak aduhhh pengeeeeenn.
Nanti kita lanjut lagi di part dua, salah satu wishlist or bucketslist or whatever you named it. Finally kesampeaaaaan, ah senangnyaa, tapi nanti gue ceritain di blog berikutnya.
Gracias !!!