Oke, kita kembali lagi ke Cerita tentang Rumah Pertama bagian ke 2. Sejak awal Juni 2021, berarti terhitung hampir 3 (tiga) bulan tinggal kawasan perumahan ini. So far (karena gak ada pilihan yah) haha rasanya fine-fine aja. Masih batas wajar walau ada saja kejadian yang mengagetkan yang gak terduga Yaiyalah, namanya juga mengagetkan. hmm
Tiga bulan pertama ini hidup gue penuh dengan Sosialisasi, terutama dengan tetangga. Nasib baik gue dikelilingi oleh tetangga yang cukup care, sangat care malah sampai-sampa datang terus ke rumah. Haha. Walau hunian kita belum begitu padat, tapi setidaknya gue merasa ada teman ‘senasib’ yang bisa diajak berkeluh kesah, terlebih masalah rumah, dan tentu saja dunia pertetanggaan.
Tetangga gue mostly golongan muda, jadi obrolan terasa nyambung, walaupun masih ada rasa tertahan karena bagaimanapun mereka tetap orang lain. Gue gak berekspektasi mereka menjadi sahabat kental, karena gue juga membangun ‘border‘ secara tidak langsung supaya kita tetap menjaga yang namanya privasi dan waktu rehat.
Dan bagusnya mereka cukup koooperatif. Acapkali gue diundang makan, mereka datang ke rumah dengan belanjaan penuh makanan, atau kita beramai-ramai mengunjungi tetangga dengan membawa makanan. Suka tidak suka, penat atau tidak penat, waktunya nongkrong yah harus nongkrong sama-sama haha. Hadir walau sebentar, untuk mengapresiasi undangan mereka.
Dalam pemikiran gue ketika memutuskan pindah adalah membangun sosialiasi (waktu itu) selain kehidupan kantor. Dulu, semasa jaman nge-kost, hidup gue berkutat di dunia gue sendiri atau dunia kantor. Gue sangat jarang melihat perspektif orang lain, bahkan untuk hal-hal sederhana. Pulang kerja di kamar kost, mengerjakan kerjaan atau nonton drakor, hampir sangat jarang untuk in touch dengan orang lain. Rasanya lebih merasa hidup aja kalau berinteraksi dengan stranger, walau gue sangat kelelahan setelah itu.
Contohnya, siapa sangka loh referensi tukang antar satu rumah dengan rumah lain bisa seheboh itu, perihal harga pasir atau harga batu bata yang beda 200 perak sekalipun jadi seru kalau diomongin. Apalagi bercandaan yang cringe tapi yaaah gue menganggapnya sebagai colour of neighbourhood life hahaha. Senang bisa membicarakan hal-hal sederhana yang berasal dari orang lain.
Dan gue cukup ahli dalam mendengarkan.
Belum lagi masalah maling, masalah sampah limbah perumahan, sampah, dan hadirnya penghuni-penghuni baru yang selalu up to date dengan berita panas. Pantes ada istilah tetangga julid atau tetangga CCTV itu nyata adanya haha, mungkin gue pernah jadi bagian dari itu, cuma gak sadar aja.
The real us adalah kita sesungguhnya ketika berada di lingkungan pribadi, rumah contohnya. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita merespon orang lain, even hal-hal sepele pun menjadi perhatian tetangga. Dan dari awal gue pun menjadi salah satu yang dibicarakan sejak hari pertama memindahkan perabotan rumah. Beneran! (itu mereka sendiri loh yang mengaku).
Tapi semakin terbukanya kita artinya semakin nyamanlah kita satu sama lain. Sejauh ini belum ada yang sampai cross the line yang bener-bener bikin gedeg. Tapi ada juga tetangga yang bikin gedeg haha. Maklum, dia gak paham dunia kita sebenarnya, dan gak perlu dipaksakan.
Bener kata orang, siapa yang bakal bantuin kita kalau bukan tetangga. Dan orang terdekat gue sekarang adalah tetangga gue. Sesebel-sebelnya kita, tetangga juga yang bakal tampil pertama kalau kita kenapa-kenapa. Jadi gimanapun harus ramah yah sama tetangga.
Adegan rumah gue kemasukan ular, tetangga yang nolongin.
Adegan barang-barang dapur kita yang berputar-putar antar satu rumah ke rumah lain.
Adegan rumah tetangga kemalingan, kita yang ngeramein menghibur dan masih banyak lagi.
Terakhir, ketika gue ulang tahun dan mereka repot nyari kue dan kita makan sama-sama. That is really sweet moment.
Tapi bener deh, membangu relasi dan dipertemukan dengan tetangga yang baik adalah rejeki. Dan gue sangat alhamdullilah dengan itu.
Semoag kita tetap akur-akur bertetangga yah. Dan tolong rumah gue dibeli ketika gue sudah pulang ke homebase gue. Terima kasihh :p
Kita ketemu di cerita tentang rumah part 3 selanjutnya yah
Gracias