Lama rasanya tidak menulis travel blog, nyatanya memang hampir dua tahun ini gue tidak pergi kemana-mana sehingga tidak banyak cerita yang gue bagikan. Terkadang cerita tentang perjalanan bukan tentang tempat yang dituju, namun bisa jadi tentang orang-orang yang kita temui.

Pekan lalu, gue mengunjungi tempat yang pastinya mainstream bagi orang Lombok yaitu kawasan pegunungan Sembalun. Di sini lebih dikenal dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sembalun adalah kawasan permukiman penduduk dengan view yang luar biasa indah dan udara yang teramat sejuk. Berjarak hanya sekitar tiga jam dari Kota Mataram, sungguhlah lokasi ini seperti membawamu ke dunia lain. Tapi memang butuh effort untuk sampai ke sana.

Kunjungan kali ini bukanlah kali pertama, kunjungan sebelumnya dalam rangka pekerjaan sehingga tidak banyak waktu untuk ini dan itu bahkan hanya untuk quality time. Klise. iyah, gue hanya mencari pelarian saja untuk menghabiskan sabtu dan minggu tanpa memikirkan apapun sebetulnya.

Sembalun menawarkan banyak kenangan, sebentar tapi membekas. Benar kata orang, kualitas seseorang bisa dilihat ketika kita dalam perjalanan. Gue merefleksikan diri gue sebagai orang yang penuh ekspektasi, dan nyatanya benar gue menelan kekecewaan kali ini. Sampai gue sadar, bukan ini yang gue mau, bukan ini yang gue pengen, atau sebenarnya memang bukan ini yang gue butuhkan. Dan gue memutuskan untuk menyudahinya. Gue pikir gue adalah orang yang egois, ternyata ada yang lebih dari itu.

Perjalanan kecil ke Sembalun menuntun gue bertemu dengan para stranger, walau tidak banyak. Oh god, thanks serasa mendapatkan angin segar bisa keluar buble dengan pembicaraan itu lagi itu lagi. I kinda miss of this sH*t, and i loved it.

Gue berusaha untuk banyak mendengar kali ini, dan nyatanya gue juga tidak ada cerita menarik yang mau gue bagi. Cerita aneh dari seorang penjaga villa atau cottage tempat gue menginap, gue susah lupa sampai gue menuliskannya di blog ini.

Tersebutlah Cacing (bukan nama sebenarnya), dan beneran dia dipanggil cacing selama ini. Unik yah haha

Cerita dia di balik api unggun memutarbalikkan ingatan gue beberapa tahun yang lalu. Tentang seseorang yang bersusah payah mengejar passion, mengejar hidup yang sebenarnya, hidup yang beneran hidup. Cacing (aslinya) tinggal di Ibu Kota, Jakarta. Tanjung Priok tepatnya. Hobi dan keinginnnya untuk melihat banyak tempat menapakkan kakinya hingga ke tanah Rinjani.

Cacing punya keluarga di Lombok, no.

Cacing punya pekerjaan di Lombok, no.

Purely dia memindahkan dirinya karena dia memang begitu mencintai pulau ini. Wew

I know, kehidupan Cacing mungkin bukan kehidupan yang didambakan banyak orang, tapi cacing mewujudkan hidup yang dia dambakan. Dan gue iri.

Hidup Cacing tidak hanya penuh risiko. mungkin saja dia sudah melewati banyak penolakan, ketidakbaikan, namun justru menguatkan dirinya sekarang. Gue tidak melihat beban di matanya ketika dia menceritakan perjalanan hidupnya, gue juga tidak melihat penyesalan, dan semua mengalir begitu saja seolah dia sedang bermain saat itu.

Cacing hanya seumuran gue, lebih muda bisa jadi. tapi dia bisa memilih hidup untuk menghidupi dirinya. Dia tidak kaya, tapi gue jamin dia kaya pengalaman. Cerita yang dibagi di depan perapian hanya sebutir dari ribuan pengalaman yang dilalui. Menjadi relawan di Lombok pas gempa, relawan Tsunami di Palu, naik sepeda motor ke Sumatera dan Lombok. Waw. Gue iri. Begitu banyak cerita yang bisa dia bagikan ketika dia sudah tua nanti.

Sejujurnya ketika cacing bercerita, gue justru menanyakan diri gue sendiri dalam hati. ” Ri, are you done with your life?”

Jujur saja belakangan ini gue mempertanyakan kapabilitas gue sendiri sebagai makhluk hidup. Secara fisik gue dalam kondisi baik, tapi secara jiwa mungkin gue tengah meredup. Motivasi itu entah kocar kacir kemana, sehingga gue musti memungutnya satu persatu. Dan mendengarkan cerita Cacing seperti gue memungut pecahannya itu.

I still not giving my best for my life.

Sembalun memang unik, gue berharap bertemu lebih banyak orang seperti cacing, fill their soul, fill their life, and responsible with their choice.

Gue gak banyak ambil video di Sembalun, but semoga ini bisa memberi gambaran suasana di Sembalun malam itu. Kunjungan ke Sembalun lainnya pasti membawa cerita yang berbeda, dan gue senang karenanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *