Aplikasi terbaru yang diviralkan oleh Bapak Elon Musk ini menjadi hype dalam waktu singkat. Awal ceritanya Pak Elon Musk ini publish video interview-nya di Youtube dengan menggunakan Club House dan Booom !!! everyone going curious dan langsung ramai-ramai download Club House. Interview-nya bisa kamu lihat di sini
Teknologi terbaru ini membawa kita ke digitalisasi konferensi terbaru menggunakan media suara. Kalau selama hampir setahun ini kita disibukkan dengan Zoom Conference yang menyita waktu, jiwa, dan tenaga, rasanya Club House bisa jadi pilihan lain untuk menikmati percakapan tanpa perlu ribet dengan registrasi link zoom, gangguan koneksi yang sering buat unstable, dan permasalahan teknis yang buat kita jadi setengah hati. Yah, minusnya memang kita gak bisa lihat presentasi materi aja dari narasumber. Tapi percakapan yang direct justru lebih asik gak sih?
Oleh karena itu, Club House dibawakan dengan gaya yang lebih kasual, informatif (tergantung topiknya), dan generally semua orang bisa join karena konferensi ini available pas lagi airing.
Gue sudah mengunakan Club House selama kurang lebih satu mingguan, belum bisa menyimpulkan aplikasi ini bagaimana berjalan sesungguhnya. Kinda interesting, saat orang lain let you in to their conversation. Dan bagi gue (pribadi) talk with stranger itu menyenangkan. Gak perlu kuatir dia dari circle mana, dari perkumpulan apa, dan orang gak terlalu memusingkan apa yang kamu ceritain di sesi itu.
But, you need to understand, every social media has an effect. Setelah ngobok-ngobok ini aplikasi, rasanya kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Your profile :
Antara penting gak penting sih. Kenapa begitu? Depent kamu mau membawa aplikasi ini ke ranah apa. Profesionalkah? atau sekedar main-main aja. Ada gue temuin beberapa profile user yang sudah kayak memindahkan profile Linkedin mereka ke profile Club House. Gak salah. Totally. Karena bagaimana pun Club House potensial sekali untuk bikin engage dengan orang-orang yang menurut kita selama ini tuh unreachable.
Yah beneran aslik !! Selama ini kita cuma bisa dengerin suara-suara Bapak Menteri, Artis-artis pas lagi formal event aja, atau jam-jam IG Live/Zoom meeting terjadwal, bahkan cuma di TV. Tapi di Club House tiba-tiba aja tuh profile nongol atas nama ini itu. Like WOOOOOW dan bisa denger suara dia langsung itu bagi gue menyenangkan sekali. Terlebih kalau kita bisa belajar dan dapat insight baru dari mereka.
Nah, inilah kenapa pentingnya untuk membawa akun kamu ke ranah profesioal. Banyak kita akan jumpai orang-orang dengan dalam satu interest yang sama dalam satu topik room Club House. Bahkan sekarang ada “Silent Room” dimana kamu bisa stalking orang-orang di dalamnya dan follow deh. Syukur kalau di folback. Secara gak langsung kita membuat buble kita semakin membesar dengan bertemu banyak stranger dengan minat yang sama. Dan itu seru banget. Makanya profile yang lengkap memudahkan kamu terkoneksi dengan orang-orang penting ini, yang siapa tahu di suatu saat nanti berarti untuk perjalanan karir kita. Bonusnya memperbanyak pertemananlah.
Gak enaknya adalaaah… netizen Indonesia ini keahlian keponya super duper banget. Sekali kamu pasang profil yang (maybe) too spesific, jiwa pickynya rada naik. Atau memang ada aja makhluk yang numpang panggung sok akrab-akrab gitu. Balik lagi pendekatan orang berbeda-beda. Jadi yang terjadi rasanya tidak mengalir secara natural aja. Bahkan di beberapa room yang tadinya casual, mendadak kayak meeting resmi karena ada profile profile spesifik ini. Antara kita takut salah ngomong dan sungkan juga. Belum lagi waktu bilangnya open diskusi tapi yah yang diambil menurut mereka profitable aja. Gak semua sih, banyak juga yang general dan sangat welcome dengan orang-orang baru.
Hal sebaliknya justru pada akun-akun ‘mirip’ bodong yang gak jelas identitasnya. Yah, mungkin mereka lebih nyaman hidup di belakang sebagai penikmat suara sambil sesekali nimbrung. Tapi yah bener aja, poto profilenya aja bisa gambar kartun, gambar artis korea, dengan Bio yang kosong. Nah kalau ini sih, jujur gue gak terlalu interest. Yah anggap aja penggembira. They not put this social apps in serious way (tapi kalau diskusi malah paling ngegas hahaha)
Your Voice :
Haha, kalau part ini lebih ke pengalaman yah, gue masih rada geli gitu tiap diskusi sama orang-orang. Di sini secara gak langsung basic knowledge kamu itu bakal kepake banget. Ada rasa excited tapi nervous juga jadinya suara kita rada ambyar hahaha
Kelihatan sih kalau memang orang yang gak bisa ngomong di publik dan yang luwes ngomongnya. Gak ada yang judge juga btw. Kalau gue menilai lebih ke diri sendiri. Tujuan gue join banyak class di Club House memang mau improve public speaking gue, makanya ngobrol dengan stranger adalah pilihan yang tepat karena gak akan kenal juga di real life hahaha. Di sini juga bakal ketemu orang-orang dengan bakat suara sexy. Gak cewek gak cowok, yang kayak cuma menghela nafas itu udah sexy banget. Yummy !
Yah, gue masih belajar gimana suara gue setidaknya nyaman untuk didengar walaupun mungkin gak kontekstual haha. Di bikin fun aja. Semua orang berproses kok. Kecuali kamu memilih diam, suara kamu gak akan pernah kedengeran. Sekalipun punya banyak spekulasi yang pengen didiskusiin yah tenggelam aja dengan mereka yang berani speak up.
Malah dengan adanya Club House ini gue pengen rasanya bikin open diskusi untuk murid-murid gue supaya gak pada jago kandang aja. Biar bisa lebih membaur, at least bisa menyuarakan pendapat mereka aja gue udah seneng. Biasanya di kelas kan pada pendiem gitu kalau bertatap muka. Kalau lewat suara doang bakal kayak gimana yah?
Your word ,Your Attitude, and Your Story :
Kalau sudah berani ngomong, rasanya yang harus kita perhatikan adalah perkataan yang kita lontarkan di session room. Di sini memang kita di bebaskan untuk menyampaikan pendapat kita, tapi bagaimanapun ini tetap sosial media. Ada saja orang-orang yang bakal snitch pendapat kita dan putar balik dengan membuat kita terdiam.
Its kinda boomerang for you, makanya harus hati-hati kalau ngomong. Perhatikan dengan siapa kamu berbicara dan kontennya apa. Ada banget orang yang bakal ngomong dengan segitu blak-blakan dengan dalih
‘Yah itu sih pendapat gue yah, its okay kalau lo kayak gitu’ tapi dengan argue yang sebenarnya maksa banget buat di terima. Kalau ketemu orang kayak gini mendingan kamu diem aja deh. Gak asik tau. Maunya di dengerin doang tapi gak sebaliknya.
Orang-orang kayak gini biasanya ditemuin di cerita-cerita kontroversial gitu, yang merasa orang-orang pada sotoyy (serius). Coba bawa ke ranah serius, keilmuan, gue jamin orang-orang kayak gini kagak ada yang bakal join hahaha
Berhati-hati juga dengan moderator yang rada reseh yah, haha jadi memang kita akan dipandu oleh moderator yang tugasnya mengendalikan acara -biar acaranya tetep jalan atau cuma ngabisin durasi. Nah moderator ini demi suksesnya acara, banyak yang ngorek-ngorek informasi yang terlalu dalem, apalagi kalau pembahasannya personal. Sebenarnya gak wajib di jawab, tapi kita kadang ke-trigger gitu.
Beda pasti kalau kamu udah ikutan Club House mana kalangan profesional, kalangan eksekutif, dan kalangan remeh temeh. Boleh lah sesekali ikut remeh temeh, but jangan buang waktu dengerin obrolan unfaedah. Make sure you still growing lah dengan ikut banyak sesi.
Satu lagi yang perlu gue ingetin, Club House bukan ladang curhat. Apalagi kalau cerita kamu itu terlalu sensitif dan super personal yang selama ini kamu sendiri yang tahu. Kalau kamu merasa sudah siap dengan semua konsekuensinya yah gpp, tapi kalau cuma karena ke trigger orang-orang tadi mending kamu cabut aja. Jangan merasa terbebani. Kalau ada cerita sensitif, terlalu personal, atau lebih tepatnya mengumbar aib sendiri, dan ternyata ada relasi, teman, bahkan keluarga kamu denger wah good bye. Mending kalau profilenya anonim, kalau full kayak LinkedIn tadi, agak berbahaya gak sih untuk profesional life dan real life kita tadi?
Intinya sih, ini aplikasi Club House asik banget, alternatif kalau selama ini gue lebih banyak mendengarkan podcast, serunya di sini live dengan cerita-cerita seru yang uhhla-lla haha entah real apa enggak.
Semua media sosial kan sama, tempat sharing. dan semua kontrol tetap ada di tangan kita. Kalau sudah merasa gak nyaman tinggalin. Kalau sudah merasa too much and toxic, tinggalin. Butuh hiburan, butuh teman ngobrol play lagi.
Tapi ingat semua punya roles-nya yang gak tertulis. Hati-hati aja yaah ..