Bagaimana perasaan kalian semua setelah menjalankan work from home puluhan hari?

Ada yang merasa ‘thats enough, i need to go out” ada yang masih pengen ‘we need to stay longer.  Gak ada yang salah antar keduanya, kalau dilihat dengan kacamata dan perspektif  berbeda.

Baru-baru ini Presiden kita, Bapak Jokowi memperkenalkan istilah #NewNormal yang merupakan perubahan baru dari kehidupan kita sejak invasi COVID-19. Lucu yah, hanya dalam waktu lebih kurang 3 bulan saja, dunia ini sudah banyak berubah. Gak butuh perang bertahun-tahun, gak perlu keributan sana-sini, tapi ketika Tuhan menjentikkan jarinya maka terjadilah.

Saat ini wacana #NewNormal sedang gencar. Salah satu yang palng menjadi pertimbangan adalah penyesuaikan perekonomian yang merupakan sektor paling terasa dampaknya karena COVID-19. Setelah banyak sekali orang di PHK, pusat perbelanjaan ditutup, pariwisata mati, penerbangan dilarang, dan hal lainnya yang menyebabkan efek domino berkepanjangan.

Masalahnya adalah “apakah kita siap bertatapan muka dengan COVID 19?”

Bukan cerita baru mendengar perjuangan para tenaga kesehetan yang rela mati demi menjaga para pasien COVID 19 ini. Kalau kita menghilangkan sisi manusiawi, kita boleh saja tidak peduli karena ‘sudah’ jalannya para tenaga kesehatan itu. Apa sebegitu teganya?

Masyarakat dibingungkan dengan kebijakan pemerintah yang monca-mencle terkait dengan kebijakan sebelumnya yang dibuatnya sendiri. Bahkan instansi gue jadi ikutan bingung. Hal yang paling dilarang perkara mudik, sekarang jadi bahan recehan karena mudik dengan transportasi udara diperbolehkan. Alih-alih di tempat lain, di jalur darat para penumpang bus-transportasi umum dihajar habis-habisan dengan segala tuduhannya.

Gue gak paham sih.

Belum lagi perkara #Dirumah aja yang menimbulkan kesuuzonan luar biasa bagi mereka yang gak paham arti di rumah aja. Ada yang dengan bangga posting excited-nya mau pergi ke pusat perbelanjaan sedangkan masih menyalahkan para orang-orang yang mudik. Betapa terlihatnya keegoisan manusia ketika kondisi menjepit.

Jujur sedih sih,

tapi mau gimana lagi.

Kehidupan harus berjalan, walaupun sebenarnnya gue pribadi masih membutuhkan kepastian. Ini rada ambigu sih karena memang seperti terkesan ‘dikorbankan’  untuk berhadapan langsung dengan COVID 19 di saat keterjaminan kesehatan (yang paling utama) tidak  ada garansinya.

Jangan berharap pemerintah akan memberikan kebijakan yang pasti. Mereka juga belum paham benar bagaimana menghandle ini semua sehingga trial error aja yang sering terjadi.  Jadi harap maklum saja nanti dengan kebijakan-kebijakan lainnya yang mungkin bisa buat kita geleng-geleng kepala.

Belum selesai masalah pemerintah, dalam beberapa pekan ke depan bisa jadi kita melihat masyarakat yang sudah jengah dengan COVID ini. Dan rasa tidak peduli lagi. Mau menyalahkan mereka? Pikir lagi juga mereka memliki perut yang harus di isi. Eh sebagian juga butuh konten yang perlu dibagi deng yah! Maklum anak masa kini.

Inilah yang kita kenal dengan #NewNormal , hidup seolah baik-baik saja tapi diselimuti kekuatiran dengan hal yang tidak kasat mata.  Hidup berdampingan dengan COVID-19 not really that is scary  anymore (maybe).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *