Hai, kembali di #Travelwitharkhus episode Bromo !!!
Gue pikir gue bukan anak gunung, yah! Asli, karena baru beberapa derajat aja rasanya hidung gue langsung meler dan jemari gue mulai mengkerut biru-biru karena kedinginan.
Gue lebih menyukai pantai, sekalipun sinar matahari sedang panas-panasnya. Kalau jadi gelap tak apa, bisa putih lagi (sok iye kayak gue putih aja), tapi kalau udah nanjak gunung. Gue angkat tangan!!!
Makanya gue belum pernah menorehkan sejarah mendaki gunung yang literally mendaki beneran. Karena mendaki gunung memang bener-bener butuh effort yang lebih.
Tapi kali ini lain, destinasi Gunung Bromo jadi pilihan alternatif gue untuk menikmati dinginnya gunung. Yah, walaupun sebenarnya kunjungan bromo bukan jadi yang pertama kali. Tapi seberapa sering kamu ke Bromo bakal tetap terpukau juga.
Gue pertama kali ke Bromo sekitar tahun 2015, dan tahun ini berkunjung lagi untuk kedua kalinya. Gak ada expect yang gimana-gimana karena feel-nya dari 4 tahun lalu masih tersimpan terasa sampai sekarang haha. Karena gue bertugas sebagai tour leader untuk para tamu spesial hahaha, makanya gue make sure perjalanan ini harus on point!!!
Perjalanan ini dimulai dengan berburu tiket, kalau dulu gue cari informasi sendiri lewat twitter. Kalau zaman sekarang lebih banyak dimudahkan oleh informasi tour dan rekreasi lewat berbagai platform terutama instagram. Cari aja keyword ‘Bromo Tour’ sudah dah langsung berjibun berbagai pilihan paket trip mulai dari yang paling murah hingga yang paling lengkap nan mahal. Yah, karena gue golongan hamba sahaya pastilah gue cari yang paling murah tapi memastikan gak abal-abal. Good service in my priority. Terlebih gue bawa anak orang, dari luar negara lagi, bisa berabe kalau sampe ilang di tengah gunung.
Beberapa tourplaner kayaknya cukup menjanjikan, tapi sayang review penggunannya sedikit. CUT!
Reviewnya bagus, tapi harganya terlalu di mark up. CUT!
Servicenya kayaknya bagus, dari review-reviewnya bagus, tapi sayang gak available tiap hari. CUT!
Sempet hopeless juga, tapi iseng-iseng cari di menu experience di Traveloka dan akhirnya dapat yang menjanjikan keberangkatan SETIAP HARI ke Bromo. Reviewnya juga bagus-bagus. dan yang pasti murah!!!
Standarnya Bromo Tour itu berkisar 300-350 ribu/orang dengan penjemputan di hotel tempat kita menginap. Kemarin gue dapat sekitar 288 ribu/orang karena dapat diskon promo plus tambahan cuan dari Shopback #cuanislyyfeee
Wess, ita berangkat ke Malang lewat Surabaya, perjalan ke Malang kita tempuh lewat mobil travel yang dihitung perkepala, nah ini agak mahal sih. Karena perjalanan Surabaya-Malang di patok dengan harga 125 ribu. Tapi karena gak ada pilihan lain (tadinya mau pesen lewat hotel tapi gak available) jadilah kita naik travel sampai di Kota Malang. Sampai di Malang langsung check in, dan malamnya kita bersiap-siap untuk naik ke Bromo.
Persiapan tiket Bromo Tour beres, tinggal duduk manis di hotel dan di jemput. Registrasi beres, beberapa kali kita akan di message oleh orang tournya untuk memastikan lokasi kita stay di Malang. Penjemputan mengcover beberapa area khusunya Area Malang Kota. Zamaaan dulu boro-boro gue dijemput, yang ada kita disuruh kumpul di meeting point jam 11 malam (waktu itu di alun-alun Malang), zamannya belum ada gojek dan yang lainnya. Yang ada naik becak maam-malam ke meeting point. Yang tadinya mau hemat, gak jadi hemat deh, apalagi kalau lokasi hotelnya jauh dari meeting point.
Tapi sekarang duduk manis aja di hotel, prepare dan kita langsung di jemput sama drivernya. Langsung broh, pas banget jam 12 malam, langsung naik Jeep yang besar itu hahaha..
Gak ada instruksi apa-apa sih, karena memang kita udah prepare apa yang mau dibawa, yang penting sih bawa cemilan (makan dan minum), bawa jaket yang tebal (ini gue salah banget kemarin cuma bawa sweater doang), sama pakai pakaian yang nyaman, karena perjalanannya sangat tidak nyaman hahaha..
Perjalanan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memakan waktu kurang lebih 2-3 jam dari pusat kota Malang. Satu jam pertama, everything just fine, jalanan mulus, kita posisi masih kenyang, dan gak pengen ke toilet. Satu jam berikutnya, udaranya sudah semakin dingin, jalanan menanjak naik, jalanan yang tadinya mulus mulai dah berkerikil dan berlubang-lubang.
Satu jam terakhir buset, leher rasanya mau patah, di gojlok-gojlok abis ngelewatin jalanan tepian gunung yang aduhai. Apalagi pas turun ke kawah Bromo. Syukurlah hari itu tidak hujan, tapi sisa-sisa hujan kemarin buat jalanannya becek dan berlumpur butuh eksta keras untuk sampai ke seberang kawah. Wah ini sih, kalau suasana gak gelep buanget mungkin masih bisa dinikmatin. Udeh deh pasrah aja.
Dan akhirnya kita sampai di view pointnya. Pertama sampai sih kayaknya gue agak asing dengan view point yang ini. Dulu kayaknya view pointnya lebih tinggi dan jalannya lebih bagus dan rapih, tapi di tempat gue yang sekarang masih berupa tanah datar, dan berbatu. Kita sampai pukul 03.00 agak lebay kalau mau langsung naik ke atas karena sunrise itu baru nongol sekitar pukul 05.30. Sambil nunggu, kita menghangatkan badan dulu dengan segelas milo sachet sampil duduk di samping tungku pemanas. Di sini juga banyak warung-warung yang menyewakan jaket/sweater tebal-tebal. Asli gue nyesel banget gak minjem jaketnya. Karena gue pakai sweater 2 lapis masih ketembus dinginnya. Bukan masalah dinginnya sih, tapi lebih ke perasaan pengen buang air terus. Dan itu sangat menggangu asli.
Oh iya, di view point Bromo Tengger ini sebenarnya lumayan banyak, tapi untuk kategori tourist macam kita gini hanya dibagi menjadi 4 (empat) tempat saja seperti di Penanjakan 1, Bukit Cinta, Bukit Kingkong, dan Puncak Penanjakan (please, kasih tau kalau salah). Nah, kalau gue yang datengin sekarang ini adalah di Bukit Kingkong. Kenapa di sebut Bukit Kingkong?????
Katanya sih ada siluet bukit di sini yang bentuknya miring kingkong. Wah, menarik.
Pukul 4.30 kita memutuskan untuk naik. Sesungguhnya ini sih cuma jalan doang gak naik hahaha, karena tanjakannya dikit banget untuk ke view pointnya, dan gak sampai 10 menit sudah sampe. Gabut asli, kecepatan. Tapi kayaknya kalau lo pecinta bintang-bintang, milky way, dan isi sejagat ini. Bisa jadi ini jadi view point yang passss banget. Langitnya bersih, awannya gak banyak nutupin, dan bintang-bintangnya cantik banget. Mandangin langit sambil pelukan dari belakang asik kali yaaah hahahah
Pukul 5.30 matahari sudah mulai terbit, sayang hari itu tidak secerah biasanya. Matahari agak terlambat bersinar dan kita dapat agak blury sunrise, tapi gak lamaan dari itu matahari bener-bener ngasih kita pencahayaan yang maha dahsyat. Walau udah pernah ke situ juga gue tetep amaze sama pemandangan yang kayaknya gak real sangking cantiknya. Memang Bromo best lah.
Nothing much i can tell bout Bromo, tapi kamu bisa lihat beberapa gambar yang mungkin bisa mewakili betapa indahnya Bromo dari dahulu hingga kini.
Setelah puas di atas Bukit Kingkong untuk melihat sunrise, lanjut kita dibawa turun menuju kawah Bromo. Kawah Bromo terdiri dari hektaran kawah berpasir yang luas banget. Gue ke sana saat weekday, jadi beneran kosong gak ada bintik-bintik manusia dari kejauhan. Uhuy !!!
Sayangnya, kita kali ini gak bisa lihat langsung kawah, gak bisa naik ratusan tangga ke atas, karena memang lagi erupsi. Jadi memang ditutup untuk umum. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan hanya seputar naik kuda, sama makan baso malang (tapi gini aja aku dah seneng banget, bikin perut hangat coi). Oh iya, naik kuda dan keliling-keliling kawah itu juga tricky banget men, jangan lupa nawar sama abangnya. Masa iya muter-muter gitu doang satu orang di bandrol harga 125 ribu per orang. Wah.. wah … padahal mau bayar 50 ribu pun juga dapet. So aktivitas naik kuda gue skip. Karena di Lombok kuda juga buanyak.
Spot terakhir adalah bukit teletubis. Dulu ini hanya bukit-bukit melengkung-melengkung gitu tapi sekarang dibuat lebih komersil dengan adanya papan tulisan BUKIT TELETUBBIES gede buanget. dan di sekitaran tulisan itu ada TELETUBBIES !!!
what ???!! TELETUBIES !!!!
iyah, ituloh si abang-abang yang pakai kostum teletubbies sambil joget-joget. Agak disayang sih di lokasi alam begini ada begituan, yah tapi gak bisa nyalahin juga karena mereka lagi cari rejeki. Kalau lagi ramai kayak weekend mungkin cuan banyak. Tapi pas gue ke sana kemarin malah ngeliatnya kasihan :((( sekeras itu cari duit, sampe ke atas gunung lagi.
Masih cukup banyak spot yang musti di jelajahi di sekitar Bromo, menghabiskan 12 jam di sini rasanya belum puas. Masih ada homestay dengan view yang amazing, curug-curug yang megah, dan Suku Tengger yang ramah-ramah.
Gak cukup rasanya kalau hanya one night trp kayak gue ini menikmati Bromo sepenuhnya. Tapi karena waktu gue terbatas, maybe next gue akan datang lagi ke sini.
Tips :
Tetap pakai jasa tour yang terpercaya, believe itor not guide gue menawarkan paket di luar trip yang ada di Traveloka. Maksudnya kalau lo mau pesen lebih murah, pakai jasa dia langsung aja gak usah lewat traveloka. Memang murah sih, tapi gue gak menjamin keamanannya. Kalau lewat aplikasi kita bisa komplain dan memberikan aduan jika terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan. Kalau lewat ‘belakang’ pasti gak ada yang menjamin. So pastikan pilihan kamu aman yah.