Horay !!!!

Kita ucapkan selamat dulu bagi kamu yang sudah berhasil melewati tahap SKD (Seleksi Kemampuan Dasar), gimana rasanya? hahaha. You know what im feeling hahaha !

Gue cukup mengikuti perkembangan penerimaan CPNS tahun ini yang memberikan banyak kejutan di bandingan tahun lalu. Dari mulai pendaftar yang luar biasa banyak (mungkin karena antusiasme tahun lalu juga yang belum berhasil lolos), sedikitnya jumlah pelamar yang lolos, hingga kebijakan penyelanggara untuk tetap menerima mereka-mereka yang lolos passing grade (padahal jaman gue sekalinya gak lolos salah satu grade aja sudah langsung di cut).

Anggap aja itu sebagai sebuah rejeki, tidak ada rejeki yang tidak digariskan, makanya wajib untuk yang namanya disyukuri. Nah, sekarang karena sudah lulus SKD gak mungkin dong mau disia-siakan lagi kesempatannya untuk menembus kursi panas jadi seorang CPNS?

(yah, walaupun jadi CPNS juga belum aman-aman banget hahaha)

Oke, gue gak akan cerita panjang-panjang soal tes SKB. Basicly, tes SKB adalah tes yang dirancang untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan kamu mengenai bidang/jabatan yang dilamar. Jadi antara satu bidang dengan bidang yang lain tidak bisa disamakan, walaupun tujuannya tetap sama.

Nah, SKB ini jadi momok horor sendiri bagi pelamar, termasuk gue waktu itu. Gue gak pernah berekspektasi sampai di tahap ini, tapi karena sudah kecemplung kenapa gak dibikin enak aja. Begitu.

Gue gak mau bohong bahwa gue mempersiapkan sebaik mungkin untuk tes SKB, kadang orang-orang berpikir, im doing too much, tapi siapa peduli omongan orang. Prinsip gue cuma satu sih, lebih baik menyesal karena gagal daripada menyesal karena gak pernah nyoba.

Tadi gue sampaikan bahwa tes SKB ini sesuai dengan jabatan masing-masing. Di sini diklasifikasikan dalam berbagai tes misalnya, tes interview (wawancara), tes bidang, dan tes EBA (Executive Brain Assesment) dan denger-denger yang sekarang ditambah dengan Microteaching bagi profesi lainnya.

Gue mendapatkan pengumuman bahwa gue lolos SKD 4/5 hari sebelum tes SKB dilaksanakan. Gue ingat benar, posisi gue berada di urutan ke 3 dari 3 orang yang lolos dari proporsi jabatan yang gue lamar. Dalam istilah peluang mungkin gue hanya punya peluang 25% saja dari kandidat di atas gue. Ditambah lagi niai gue kecil banget SKD nya.

Sempat berpikir untuk menyudahi saja perjuangan itu, karena rasanya useless dan buang-buang waktu banget. Pulang pergi Jakarta-Lampung, habis ongkos dan biaya hanya untuk tes yang ujungnya pun masing ngawang-ngawang. Tapi beberapa sahabat gue mencoba memberikan support bahwa kesempatan ini gak mungkin datang dua kali, and the singkat cerita akhirnya gue maju ke seleksi berikutnya.

Waktu mepet, referensi materi gak ada, punya teman yang sudah lolos yang dulu-dulu juga gak ada. Jadilah hanya browsing-browsing di internet aja, dan coba cari tahu dengan teman-teman yang kerja di coorporate.

Berhubung jabatan yang gue lamar adalah sebagai pengajar, maka tes yang gue hadapi sedikit berbeda. Kalau teman-teman yang lain tes SKB nya ada tes EBA dan tes kemampuan bidang tertulis, maka tes gue jadi tes EBA dan tes interview (wawancara). Setelah tahu jenis tesnya yang ada gue malah panik. Gue gak mikirin tes EBAnya tapi lebih ke tes interviewnya. Kalau tes yang sifatnya tertulis itu jelaslah yah berdasarkan penilaian saklek nan objektif dari apa yang telah ada. Tapi kalau interview itu lebih mengarah ke subjektif, berdasarkan impression yang orang lain dan itu susah.

Gue baru sedikit punya pengalaman interview, makanya gue fokus dengan hal itu. Beberapa tips berikut bisa kamu coba kalau kamu gak punya banyak waktu untuk persiapan tes SKB.

CARI MENTOR

Mentor yang dimaksud bisa siapa aja, jadi yang bisa memotivasi bukan yang ngajak kamu santai-santai atau malah buang-buang waktu karena kebanyakan haha-hihi. Nasib baik gue dibantu banget oleh teman gue yang kebetulan kerja di institusi keren yang paham benar soal begini-beginian. Walau gak sama persis paling gak dia ngasih tahu bagaimana harus menjawab dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak. Karena di sini akan sangat terlihat bagaimana gue bisa menguasai situasi, dan kendali diri gue sendiri. Tergantung kamu juga sih, kalau dirasa masih gugup ada baiknya punya mentor untuk bantu mengatasi hal ini.

 BUAT LIST PERTANYAAN

Berhubung gue gak terlalu pintar dan mudah lupa, tips yang ini bisa kamu coba. Agak berlebihan sih memang, dan malas banget untuk buat listnya. Tapi percayalah kalau ini benar-benar berhasil. Kalau referensi yang kamu dapat itu mencar-mencar, kamu bisa kumpulkan satu persatu beserta jawabannya. Jawabannya bisa kamu templok-templok dari sumber mana saja, yang menjadikan pertanyaan dan jawaban itu jadi satu kesatuan yang harmonis (ceileh), dengan begitu kamu bisa terbiasa untuk menjawab pertanyaan dengan tutur bahasa yang bagus. Itu bisa jadi point loh. Jangan sampai kamu gagal, padahal kamu tahu harus jawab apa namun karena bahasa kamu belibet dan susah untuk dipahami akhirnya nilai kamu jadi jelek. Gunakan mentor untuk membantu revisi list pertanyaan-pertanyaan kamu.

LATIHAN-LATIHAN-LATIHAN

Seperti halnya mau maju presentasi, gue menganggap bahwa tes interview ini sama dengan melakukan presentasi. Gue belajar untuk menyapa, bertatap mata, hingga cara duduk dan segala macamnya. Walaupun pada kenyataannya gue lupa pas sudah di depan interviewer hahaha. Latihan untuk menjawab pertanyaan, latihan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan jebakan juga dirasa penting. Minta temanmu untuk membuat simulasi. Learning by practicing lebih baik daripada kamu belajar dari teks book tanpa ada effort untuk latihan. Insyallah akan mengimprove kemampuanmu berbicara dan merespon sesuatu dengan cepat dan tepat. Catet yah.

PREPARING BEFORE THE DAY

Ini juga yang banyak disepelekan oleh orang-orang. Sama seperti tes SKD, tes SKB pun membutuhkan konsentrasi penuh apalagi tes ini tidak berlangsung lama. Pastikan diri kamu totally fit, gue rela dengan iklas kemarin cari penginapan sedekat mungkin dengan lokasi tes biar gue ga kikuk dan mempunyai banyak persiapan untuk tes. Dibandingkan gue harus susah-susah dengan printilan-printilan kecil yang malah menghambat. Misalnya, karena dibela-belain mau hemat uang, akhirnya cari tempat stay yang jauh, mau ngegojek aja ke lokasi tes. Tapi pada kenyataannya malah boros waktu dan bikin hectic aja. Alhasil sampai di lokasi tes, pikiran kita sudah terdistract. Begitu juga dengan makanan, hal kecil yang efeknya besar banget. Gue stok makanan banyak-banyak untuk persiapan gue tes, sehinga gue lebih optimal untuk belajar dan belajar.

Jadilah gue berangkat di hari Selasa kalau gak salah, dengan masih menggunakan pakaian yang sama (putih-hitam) persis anak magang. Gue menuju Poltekkes Kemenkes Jakarta 3, pukul 6.00 pagi. Disini tidak ada penjadwalan yang jelas, makanya datang lebih awal sangat dianjurkan karena kita akan registrasi ulang. Jangan lupa untuk membawa kelengkapan berkas (termasuk gue disuruh menunjukkan ijazah juga) dan identitas diri biar semuanya valid.

Okeh, tes pertama adalah tes EBA. Gue gak ngerti tes ini sebenarnya diminta suruh tes apa, tapi gue gak ada mikir apa apa utuk tes ini. Mirip dengan tes psikologis dimana kita hanya menjawab iya/tidak atau apa gitu yah lupa. tes EBA dirancang untuk dapat dilakukan dengan mudah dan cepat yang akan menggali potensi berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan. Dalam era yang menodern seperti sekarang ini dituntut antisipasi dan inovasi manajemen SDM melalui penyiapan kualitas SDM dengan potensi individu yang memadai.

Selain itu EBA mempunyai tujuan untuk menggali potensi pegawai secara individu melalui identifikasi kemampuan eksekutif otak yang berkaitan dengan kebutuhan pekerjaan. Hasil penilaian dapat memberikan gambaran mengenai seberapa jauh kekuatan Sumber Daya Manusia bagi organisasi untuk memberikan dasar yang kuat dalam menyusun dan mengevaluasi langkah-langkah strategis dalam membangun sebuah organisasi (Branly.co.id).

Intinya hanya mengisi berdasarkan pribadi kita sendiri dan konsisitensi jawaban. Gak ada jawaban yang dianggap benar, hanya kesesuaian karakter kamu untuk instansi dan jabatan yang kamu lamar saja. So dont worry, tetep cari contoh-contoh soalnya yah.

btw, cerita detail TES EBA bisa kamu baca di sini : http://khusumaari.com/2020/08/18/tips-menjawab-soal-eba-executive-brain-assesmentceritacpns/

Tes berikutnya adalah tes interview. Fix di sini gue rasanya sakit perut. Dikasih snack biar kuat pas tes malah jadi pressure tersendiri (padahal gak diapa-apain) dasar guenya aja yang nervousan. Gue dikumpulkan dalam satu ruangan kecil untuk proses verifikasi data dan undian siapa yang mau masuk duluan.  Ntah apa di otak gue kemarin, tiba-tiba gue mau masuk duluan. Dalam pikiran gue cuma pengen semua ini cepat berakhir, hahaha

Well, memasuki ruangan kecil lagi, gue dihadapkan dengan 2 orang interviewer. Gue tidak terlalu mendengarkan nama interviewer gue waktu itu. Yang gue ingat mereka dari institusi pusat atau salah satunya adalah psikolog. Oh iya, sebelum masuk gue diminta untuk mengambil amplop secara random berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Jadi apa yang ditanyakan interviewer adalah pertanyaan yang telah ada sebelumnya, dari amplop yang gue bawa itu. Ini rasanya adil sih. Pertanyaan jadinya tidak lari kemana-mana.

Proses interview dimulai, gue ditemani 3 kamera di sekeliling gue. Rasanya gue malah jadi kayak narapidana daripada lagi tes interview hahaha . .Mulailah mereka menanyakan asal dan backgroud singkat gue, kegiatan, dan pertanyaan-pertanyaan kecil lainnya, setelah itu pertanyaan besarnya yang ada di amplop itu. Gue diingatkan untuk tetap rileks. Well, gue mencoba menerapkan dan mengingat-ingat apa yang sudah gue latih sedari kemarin, supaya gak menguap gitu aja. Sejauh ingatan gue, pertanyaan mereka justru pertanyaan-pertanyaan basic seputar organisasi dan institusi. Gue kira pertanyaan akan mengarah seputar pengetahuan mengenai keilmuan gue, tapi justru ke arah konflik organisasi, problem solving, dan contoh kasus soal organisasi.

Misalnya gini

“apa yang kamu lakukan, apabila atasan kamu memasukkan kerabatnya  di kantor padahal kamu tahu kemampuannya tidak lebih baik dari kamu? bagaimana kamu menanggapinya, dan bagaimana seharusnya dilakukan?”

nah, pertanyaan-pertanyaan seperti itu sebenarnya pertanyaan jebakan dan black hole banget kalau sampai salah jawab. Tapi nasib baik skript yang telah gue buat kemarin bisa membantu. Pertanyaan gue selanjutnya lebih terasa mengalir karena sepertinya gue bisa menguasai mental dan emotional gue (walaupun gak yakin juga dengan jawabannya). Eye contact juga tetap dijaga, gesture tubuh juga perlu diperhatikan.  Ribet yah hahaha . Tapi emang gitu sih disetiap interview baik di instansi maupun di coorporate.

20 menit setelah itu gue dipersilakan untuk keluar ruangan.

Gue keluar dengan perasaan hampa. gak tahu merasakan apa.  Thats was happen too fast, sampai rasanya otak gue belum selesai mencerna apa yang sudah terjadi.

Sepersekian menit berikutnya gue baru tersadar dan memaki-maki sendiri, menyalahkan diri sendiri mengapa jawabnya ngalor ngidul gak karuan. Gue sempat berpikir gue over confident yang bikin gue terlihat tidak profesional. Dan bla-bla-bla pemikiran yang lain.

That is normal.

Pukul 10.00 pagi gue udah selesai, gue putuskan pulang ke hotel dan tidur. Gue berterima kasih kepada tubuh gue yang sudah bekerja keras hari itu. Hasilnya gue pasrahkan dengan Yang Maha Kuasa. Gue tinggalkan perjuangan gue itu dengan mencoba tidak berekspektasi terlalu tinggi.

Apapun yang terjadi biarlah semesta yag mengatur. Balik lagi rejeki sudah diatur, dan gue sudah berusaha menjemput rejeki itu. Tinggal kemauan dan kerja keras kita saja.

Satu-satunya foto yang gue ambil selepas interview. Kalau dipikir-pikir lucu juga dengan ini. Satu Foto bisa mewakili salah satu perjalanan panjang.
Foto ini diambil sambil nunggu babang Gojek, and i wish one day bisa balik ke tempat itu dengan status yang berbeda.

Gue pesan buat kalian yang merasa bosan dengan belajar dan motivasinya gak terlalu besar. Ingat saja bahwa kapasitas otak kita gak bisa dikatakan lebih bagus daripada kompetitor kita, jalan satu-satunya hanya berjuang lebih keras.

Bayangkan bahwa posisi sekarang akan bisa mengubah jalan cerita hidupmu ke depan.

Selamat berjuang !

nb : tips di atas berdasarkan experince gue pribadi, beda institusi beda mungkin beda juga kebijakan tesnya. Jangan malas baca dan cari tahu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *