Kalau mengunjungi Kuala Lumpur, Melaka, Johor Bahru, Penang, Perak dan sebagainya sudah terlalu mainstream buat kamu. Saatnya kamu menjelajah untuk mengenal budaya melayu lebih kental lagi ke destinasi lokal Malaysia, Mersing !
Okay, merasa belum familiar dengan Mersing?
Lets open your Google Map and search Mersing. And taraaaa …
Secara geografis gue agak gak paham sih yah tepatnya (harus pakai Google Map), cuma kalau dari perjalanan darat Mersing dapat ditempuh selama 5-6 jam berkendara dari Kuala Lumpur atau 2-3 jam dari Johor Bahru. Jadi, Mersing memang terletak tepat hampir di tengah-tengah antara Kuala Lumpur dan Johor Bahru. Cukup mudah di jangkau karena Malaysia gak seperti Indonesia yang kemana-mana harus nyebrang laut dulu. Kamu bisa ke Mersing dengan menggunakan bus melalui TBS (Terminal Bersepadu Selatan) di Kuala Lumpur dengan biaya yang sekitar 32-35 ringgit (150-200 an ribu) dan bisa dibeli secara online plus beberapa pilihan jam keberangkatan dari pagi sampai malam hari. Mantul kan! (Mantap betul)
For your information
Mersing bukan sebuah tempat destinasi, tapi Mersing adalah tempat untuk menuju sebuah destinasi. Kota Mersing lebih dikenal sebagai kota transisional dibandingkan sebuah kota wisata. Entah itu turis atau orang lokal kayak gue (eeeh, gue turis deng yah) yang pengen muterin Johor, bisa mampir sebentar di Mersing untuk menuju Johor Bahru dari KL dan sebaliknya.
Bagi kebanyakan orang lokal yang wara-wiri di Mersing, biasanya hanya mampir/singgah sebentar untuk melanjutkan perjalanannya wisatanya ke Pulau-Pulau yang hype dengan resort mewahnya yaitu di Pulau Rawa, Pulau Tioman, dan Pulau Besar. Pulau-pulau yang super terkenal di seantero Malaysia setelah kawasan elit Penang dan Langkawi. So, jangan heran kalau lagi high season banyak banget warga Malaysia yang ‘nitipin’ kendaraannya di Mersing dan orangnya pergi ke pulau-pulau itu. Tapi kalau lagi gak musim liburan, yaaah Mersing just so .. so lah. Sepi-sepi senyap gitu. Tapi bukan berarti gak menarik loh yah.
The City
Kali kedua ke Mersing, gue masih suka dengan atmosfirnya (eaa.. ) kotanya homie banget. Dalam artian gini, setelah kita tahu KL yang wow banget, Melaka yang klasik tapi komersil, rasa-rasanya kalau mau cari yang orisinil Malaysia itu memang harus ke kota-kota kecil kayak Mersing ini. Yah, walaupun gue belum tahu yah kondisi di state lain di wilayah Malaysia lainnya gimana, cuma lewat Mersing sedikit banyak bisa tergambarkan semuanya.
Memasuki kota Mersing melewati jembatan kecil di atas muara sungai dan disambut oleh bunderan ikan. Bunderan satu-satunya sebagai penanda kota Mersing, coba tengok ke atas bukit ada tulisan Mersing terpampang nyata mirip-mirip tulisan Hollywood versi kearifan lokal.
Pertama kali ke Mersing gue agak surprise dengan kondisi tata kotanya, yah berhubung di Indonesia banyak semruwetnya, setiap ke negara sebelah ini vibenya selalu berbeda. Mersing mirip dengan Kuala Lumpur yang terbagi menjadi beberapa blok-blok petokoan, pasar, dan tempat makan serta perumahan yang terletak di pinggiran kota. Berada tepat di tepi semenajung, kota ini rada panas kalau siang, tapi syahdu kalau sudah mulai sore dengan anginnya yang sepoi-sepoi.
Enak banget kalau kamu penyuka kehidupan yang slow motion like dont want doing anything. Cocok deh kayaknya menghabiskan masa tua di kota-kota kayak gini.
Berkeliling di kota Mersing hanya butuh waktu 30 Menit berkendara, gak sampai kayaknya. Bahkan sangking penasaran dengan luas kota ini, gue pernah coba joging mengelilingi kota ini dan gak sampai 1 jam sudah kelar. Kotanya kecil dibagi dengan ruas-ruas jalan yang membelah pertokoan. Weh, ini sih kalau di Indonesia gak lebih kayak komplek perumahan, masih secuilnya dari kota Bekasi malah hahaha
Tapi serius dengan 3 kali putaran saja, kamu pasti sudah hapal dengan sudut kotanya.
Eh kecil bukan berati gak punya apa-apa loh yah. Justru pembangunan di kota Mersing ini didevelop dengan baik, terlihat dari berbagai fasilitas yang mereka miliki dengan kemudahan dan kelengkapan hampir semua kebutuhan manusia loh. Bangunan-bangunannya masih kelihatan jadul (jaman dulu) di sepanjang jalan, rumah-rumah kecil, ada toko-toko baju, eletronik, tempat makan, bank, sekolah, tempat karaoke, taman, masjid besar, hutan kota, bahkan museum, stadion, dan Istana Sultan Johor pun mereka punya sendiri (walaupun gak besar), oh iya mereka pun ada KFC dan Pizza Hut sendiri loh (indikator kota yang maju hahaha). Yang gak ada cuma movie theater dan mal aja.
Dan yang paling gue suka dan menjadi menjadi kelebihannya lagi kotanya bersihhhhhhhhhhh bangeeeeeet . . . penduduknya kayaknya lumayan sadar lingkungan even mereka jauh dari ibu kota.
Nah yang bikin famous itu adalah adanya si Mersing Jetty Interconection atau Mersing Harbour yang merupakan akses satu-satunya bagi wisatawan untuk berkunjung ke pulau-pulau tadi. Makanya jadinya ramai. Wilayah ini juga mulai dikembangkan untuk pusat wisata Mersing juga dengan dibangunnya fasilitas pendukung dan banyaknya kafe-kafe dan resto sekitar Mersing Harbour ini.
Gue belum pernah sih coba nyebrang ke pulau-pulau itu karena butuh budget yang lumayan kayaknya untuk stay di resort. Maybe later.
People
Seperti gue singgung sebelumnya, berada di Mersing ibarat menyelami kehidupan otentik Malaysia. Gimana gak, mostly yang kamu jumpai di hampir sudut kota adalah orang Melayu Asli. Yah ada sih beberapa yang keturunan India, Chinnese, Indonesia juga tapi jumlahnya sedikit.
Yang menjadi masalah tapi menarik adalah gue pikir gue cukup mahir berbahasa Melayu, at least beberapa kali gue masih bisa berinterkasi dengan orang melayu sehari-hari. Ternyata gue salah. Orang-orang di Mersing pakai bahasa Melayu yang fluently Melayu. Mungkin kalau kita yang orang jawa itu bilangnya Medok.
Medok yang Medoknya Melayu. Bahasa Upin Ipin itu masih mending, masih lumayan jelas di dengar, tapi kalo yang ini !!!
Gue give up.
Mau beli sesuatu aja di kedai tepi jalan gue lebih nervous kalau mereka pakai bahasa melayu dibandingkan dengan bahasa inggris. Sangking susahnya menerjemahkan. Di sini juga gue baru ngerasa betapa orang melayu itu terlihat berbeda dari yang gue kenal sebelumnya. Mereka pun terlihat lebih relijius even secara visual gak terlalu nampak, tapi dari sikap jelas terlihat. Orangnya ramah-ramah, cuma yah itu tadi cuma agak missunderstanding aja kalau udah ngomong. Apalagi kalau mereka juga gak pandai cakap bahasa inggris. Jadilah semuanya menjadi ambigu.
Food
Nah ini nih, keuntungan dari Kota yang di berada di tepi laut, mereka punya banyak sekali kedai-kedai makan di sepanjang bibir pantai. Bukan, bukan ala-ala kayak kita yang pakai tenda gitu, tapi emang resto-resto makanan dengan menu-menu makanan laut dan sebagainya. Di Mersing juga terkenal dengan makanan Keropok dan Otak Otaknya. Yah, masih sebelas dua belas dengan rasanya di Palembang. Soal harga di Mersing sangat-sangat menghemat uang jajan kamu. Seporsi makanan berat masih dirange harga 15-30 an ribu. dan camilan masih di harga 3000-an (satu ringgit) udah dapat banyak
Gue coba beberapa makanan yang menurut gue gak ada di tempat lain/minimal gue baru tahu ketika di Mersing. Sudah jadi ciri khas melayu yang gak doyan pedas, tapi lebih ke pedas manis. Jadi lidah indo harap bersabar dengan cita rasa yang agak ‘nanggung’ padahal dari rasa udah lumayan. Bagi yang suka teh tarik, sudah benar dah dimanapun berada, teh tarik adalah minuman utamanya. Semacam es teh kalau di kita. Jadi siap-siap menggendut dengan asupan glukosa yang banyak itu yah. hahaha
No more things yang bisa di ceritaain dari Mersing. Yang gue suka sih yah karena suasanan kotanya walau jauh dari Johor dan Kuala Lumpur tapi biasa ngasih sesuatu yang lain dari Malaysia. Terutama dari sisi budaya dan orang-orangnya.
Oh iya,
Saat ini Mersing juga banyak berbenah dengan menambahkan beberapa ornamen di seputar kota untuk menarik wisatawan untuk ‘melihat’ sebentar kota ini. Salah satunya kemarin diperluasnya areal Taman Iskandar yang tepat di tepi laut, ada di tambahkan banyak grafiti di gang-gang kecil mirip di Melaka dan Penang, dan juga mulai sering diadakannya festival tahunan untuk meramaikan kota itu seperti yang terakhir ada ‘International Kite Festival’ (Festival internasional Layang-layang). Kegiatan lainnya juga mulai banyak dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pamor Mersing sebagai kota wisata juga, semoga makin banyak perkembangannya yah.
Jom ! come Mersing to feels the authentic of Melayu. Still adorable to visit.
Rasakan Malaysia yang sebenarnya.