Kamu pernah ngerasa gak sih hidupmu terasa penuh banget. Not only in your real but also in your digital life. Mungkin sehari-hari kita sudah disibukkan dengan kondisi yang ribet dan yang kita buat ribet sendiri, entah urusan administrasi, urusan  duit-menduit atau bahkan urusan receh yang terlihat kecil tapi njelimet banget kita urusin.

I try to become simple and minimalist , walaupun dalam praktiknya gue banyak merasa gagal karena godaan keimanan hasrat duniawi terlampau besar untuk di tolak. (Sedap!!!)

Contoh mudahnya sih beli barang yang seharusnya gak perlu tapi malah dibeli. Akhirnya banyak sekali barang-barang gak perlu di rumah yang nyatanya gak ada gunanya tapi gak tahu mau di buang dimana. Padahal kalau bisa dikumpulkan, itu duit bisa untuk investasi di masa mendatang (iya kan).

Become minimalist  doesn’t means  life with no stuff, but choose to live with less, just about what I need not what I want. Simple. One of my #RESOLUSI2018.

Tapi bener deh, akhir-akhir ini hidup gue  terasa rumit . Dimulai dari awal tahun 2018 gue berpindah-pindah tempat tinggal, pergi dari satu tempat ke tempat lain, sampai gue rasa gue gagal untuk memanage kehidupan gue sendiri even itu adalah my social life.

Semacam tidak ada daya dan upaya untuk memperbaiki yang harusnya diperbaiki, mudah merasa lelah padahal sebenanrnya gue gak melakukan banyak hal.

Sebelum itu berlanjut semakin akut dan parah, mumpung kehidupan ‘baru’ gue dimulai dengan lingkungan baru dan keseharian yang baru. So gue mengantisipasinya dengan melakukan sedikit perubahan secara perlahan. Salah satunya adalah dengan manage my digital life atau orang bilang sekarang Digital Minimalism.

Kenapa langkah ini pertama gue lakukan?

Men, gue hampir setiap hari terkoneksi dengan dunia digital, hampir di semua tempat walaupun itu sekedar berbalas email, check-check feed di instagram, mainan instagram stories dan lainnya. Pasti kamu juga kan?!

Gue sedang coba mengelola dengan melakukan hal-hal kecil tapi nyatanya efeknya besar. Hal ini masih dalam progress sih, tapi boleh lah kalau kamu juga mau coba.

  1. Block/Unfriend your friend

Definitly yesssss! I did it. Gue mengunfriend/block orang-orang yang updateannya agak kurang berfaidah. Bukan berarti gue gak mau berteman dengan orang-orang ini, bukan. Tapi ini demi kebaikan hati dan jiwa gue menghindarkan diri dari sikap gunjing dan akhirnya gibah. (gile gue religious banget).

Mungkin secara langsung dalam berkehidupan sosial kita gak boleh melakukan hal itu, tapi masih inget kan istilah kehidupan berjalan  90% berasal dari respon kita ke dunia sekitar kita. Kalau kita bisa mengfilter hal-hal yang dirasa perlu dan gak perlu so your life become easier.

I don’t care orang mau marah gara gara gue unfriend atau bagaimana, tapi dalam kehidupan nyata gue akan tetap menganggap itu temen gue. Yah terserah sih gue masih dianggap temen apa enggak haha.

Salah satu alasan juga mengapa gue sangat jarang sekali meng’like’ foto-foto di instagram, hanya yang bener-bener gue suka bukan karena bukan minta disuka. Hal ini juga untuk melindungi feed gue dari akun-akun gak jelas yang suka share-share berita gak penting yang isinya repost-repost doang. Jadilah pandangan digital gue diwarnai dengan hal-hal baik yang gue harap bisa memberikan improvment.  Well get a life.

  1. Stop your unrelated comment.

Ketika kamu posting sesuatu dan orang lain mengomentari bukan dari apa yang kamu tampilkan, apa yang kamu lakukan?

Gue delete komennya,  your comment is really annoying.

Gak ngerti sih kenapa tipe orang begini tumbuh subur di berbagai belahan platform media sosial. Bukan waktunya mereka mengotori feed lewat unrelated comment dengan maksud dan tujuan tertentu. Jauh dari apa yang ditampilkan. Apalagi bagi mereka yang memberikan komen seolah apa yang kita share adalah bentuk pencitraan (lah kalaupun iya pencitraan apa urusannya sama dia).

Jeleknya,  kita jadi kepikiran setelah lihat komen itu dan galau berhari-hari, padahal yang ngasih komen cuma asbun (asal bunyi aja). Yah rugi sih.

Try to honest with your self, kalau suka bilang suka kalau gak suka yaudah hapus aja. Kita posting bukan untuk menyenangkan orang lain kan, atau memenuhi apa ekspektasi yang mereka harapkan dari postingan kita. (nah gue jadi yang sekarang marah-marah).

Misalnya kamu punya baby, punya pacar, punya moment bahagia tapi gak pernah share di med-sos, lah  yang  sibuk nanya kenapa gak pernah share.

Tahank komenan kamu untuk hal-hal yang bukan sepantasnya dikomentari, yang ada kamu kayak orang kurang piknik, butuh hiburan dan itu menyedihkan.

*ngopiiii dulu ngopiii*

  1. Optimize your phone and laptop

Ini masih jadi kelemahan gue sih, salah satu faktor stress yang sering dihadapi tapi sering juga diabaikan. Mungkin kebanyakan orang juga karena mengorganize handphone dan laptop itu susah dan makan waktu.  Berapa banyak file yang didownload atau gak sengaja ke download yang mangkrak di folder-folder. Screenshoot dan gambar-gambar dishare dari whatsapp yang gak tahu dari mana bisa ada di handphone kita.

Biasanya gue hapus-hapus itu file gak berguna ketika gue lagi di jalan, kalau lagi flight mode atau gak ada signal baru deh buka-buka gallery daan mulai hapus-hapusin.

Beberapa waktu lalu  gue juga diajarin seseorang untuk pakai fitur autobackup dari google drive dan google photos yang luar biasa membantu mengeleminasi gambar dan video yang gak perlu. Jadilah isi handphone gue agak manusiawi. Sekarang lagi coba mengorganize laptop yang udah kepayahan fungsi kerjanya,  tadinya isinya gak ada apa apa eh sekarang sudah penuh sesak nan amburadul.

Kadang kepikiran juga sih sayang kalau mendelete-delete file, siapa tahu nanti butuh lagi filenya. Nah siapa tahu tu sebenarnya gak ada yang tahu kapan lagi kamu butuh itu file-file.

Gak perlu.

  1. Delete email regulary

Ini sih biasanya email-email yang receh yang geguyonan aja, atau kalau gue kebanyakan mailist dari subscribe website yang gue sendiri kadang gak tahu kenapa gue follow haha.

Coba deh mulai dengan unsubcribe mailing list, sort mana yang spam dan mana yang berguna biar tercerahkan inbox kamu, ketahuan kan berapa banyak email yang masuk yang penting penting.

Gue sendiri punya 4 (empat) email yang semua terkoneksi di handphone gue, dan gue gak tahu sebenarnya esensinya apa. Dulu gue pikir gue bisa memanage dengan mengkategorikan sesuai kebutuhan. Entah itu jualan, personal, working, dengan email yang masing-masing berbeda.Eh, malah gak guna sekarang. Karena balik lagi, gue gak butuh.

  1. Remain your personal password

Gue bukan seorang pengingat yang baik, sayangnya begitu.

Jadilah semua password dan akun gue hampir semua kebutuhan, sosial media, perbankan punya kombinasi yang sama. Paling banter cuma angka-angkanya saja yang di putar balik. Gue gak tahu itu kategori become minimalist apa enggak. Haha

Hanya berdasarkan kebiasan aja.

Tapi ada baiknya kamu ingat-ingat seluruh password kamu di tempat yang sama. Dannnnn biasanya gue gak simpen secara virtual, tapi gue catat manual, mengunakan notebook sendiri yang sangat rahasia haha

Sebenarnya penggunaan satu macam/tipe pasword itu gak boleh sih, bahaya banget. Cuma gimana lagi. Ibu dan bapak sering banget kehilangan email dan password karena  sering ganti email. Sedihnya sih, kalau pas lagi ganti device, sudah gak ingat lagi paswordnya, hilang deh data-datanya semua.

Kamu gimana? Sering kejadian juga?

 6. Ignore unimportant message

Generally,  bagi kita basa-basi itu penting, tapi tahukan kadang basa-basi itu perlu juga disudahi. Kadang kita bisa seantusias itu untuk membalas pesan seseorang tapi di sisi lain kita pasti tahu kapan percakapan itu sebaiknya disudahi.

Sayangnya, gak semua orang ngeh dengan persepsi ini. Mungkin beberapa teman dekat gue udah tahu salah satu kebiasan gue adalah ngeread doang, bukan artinya gak responsif. Bagi gue yang penting pesan itu udah gue baca dan gue tahu maksudnya ketimbang orang-orang yang biasa ngegantungin pesan sampai berhari-hari.

Itu lebih gak sopan sih

Tapi itu gak  perlu di contoh, karena tidak bisa diterapkan kesemua orang, tidak baik tidak membalas pesan dari orang yang lebih senior dibandingkan kita, at least kita bilang makasih atau bilang sampai jumpa untuk menutup percakapan.

Ingat, mind your attitude.

  1. Jangan sering-sering check handphone

Kalau kebiasaaan ini sudah bener-bener deh udah melekat banget sama diri kita, sampai kita keasyikan sendiri.

Sometimes its good to not holding your phone for a while, ini juga masih agak susah gue lakuin tapi sedikit-sedikit gue praktikin. Misalnya tidur dengan mode flight mode, atau charge handphone cukup satu hari satu kali aja. Sama yang paling penting waktu quality time. Ini sih beberapa gue contoh dari temen-temen gue yang gak ketergantungan dengan handphone.

Poin-poin di atas sih yang menjadi progress gue di #RESOLUSI 2018, bukan karena gue terlalu insecure sama kehidupan diluar sana, tapi gue memanage diri gue sendiri dari hal yang perlu dan perlu untuk dimasukkan ke hidup gue.

Penting untuk memberikan batasan antara real life dengan digital life. Kalau gak dari kita yang mengatur itu sendiri siapa lagi. Trust me its really work dan lihat berapa banyak perubahannya.

Oh iya, gue juga banyak belajar dari website ini untuk hidup balance dan simple, kamu bisa mempeajarinya pelan-pelan di https://digitalminimalism.org/

Semoga  gue dan teman-teman bisa berbahagia ya.  hahaha

Gracias.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *