Rolling Around Bandar Lampung ( Wan Abdul Rahman & Muncak Teropong Laut)

Setelah lebih dari tiga tahun tidak ’mengunjungi’ Bandar Lampung, gue sedikit surprise dengan berbagai kemajuan yang ada di kota tercinta ini.

Yah, selain semakin padatnya pembangunan, jalan raya yang semakin diperlebar, dan flyover yang banyak dibangun di hampir tiap perempatan haha. Setidaknya salah satu sektor terasa benar kemajuannya yaitu sektor pariwisata.

Tidak hanya Pahawang saja yang mulai booming di media sosial, tapi spot-spot lain mulai bermunculan di sekitar kota Bandar Lampung. Demi memenuhi hasrat selfie dan up-to-date-nya para instagramer, daerah-daerah tidak terduga ini justru jadi tempat wisata yang gak boleh dilewatkan bagi  yang ngakunya anak gaul se-Lampung.

Jujur sih, selama di Bandar Lampung gue belum ke tempat-tempat lain yang menjamur saat ini, tapi kemarin gue sempatkan untuk mengunjungi salah dua dari tempat hits tersebut yang ternyata mudah sekali dijangkau. Ekspektasi gue seperti daerah wisata alam di daerah lain, biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan, ternyata di Bandar Lampung hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menitan saja. Nah, dia ulasannya.

Penangkaran Rusa Wan Abdul Rahman

Sesuai dengan namanya, ini memang hanya penangkaran rusa tok, iyah penangkaran rusa aja. Mirip dengan Ranca Upas di Bandung, bedanya di Penangkaran Rusa Wan Abdul Rahman, kamu gak perlu packing-packingan, siapin peralatan camping/baju tebal untuk mencapai kawasan ini.

 

Penangkaran Rusa Wan Abdul Rahman berlokasi hanya 30 menit, dari kota Bandar Lampung. Jalur yang paling mudah sih, kamu bisa coba lewat Jalur Dua Kemiling, menuju SMA Negeri 7 Bandar Lampung setelah itu belok ke kanan, dan ikutin jalannya terus menuju Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Penangkaran Rusa Wan Abdul Rahman terletak di sebelah kiri jalan raya. Hanya cukup membayar parkir kendaraan saja seharga 5000 rupiah kamu sudah bisa masuk kawasan ini.

Penangkaran ini memang tidak terlalu luas, dan memang hanya berisi rusa-rusa aja, tercatat terdapat lebih 65 ekor rusa yang diternakkan di sini, yang (katanya) spesiesnya sama dengan rusa yang ada di bogor (katanya yah). Serunya sih, kamu diijinkan memberi makan rusa-rusa ini dengan membeli sayuran yang dijual sama abangnya seharga 5000 aja, berupa sayuran kangkung, bayam, atau wortel. Hati-hati ketika memberikan makan, karena si rusa-rusa ini rada agresif ketika udah lihat makanan.

Bener aja, ketika gue baru masuk kandang, eh rusanya langsung pada turun berhamburan berebutan makanan. Alhasil, kangkung yang gue pegang malah langsung gue lempar ke rusa-rusanya karena takut di seruduk.haha. Padahal kenyataannya, rusa-rusa ini gak akan nyeruduk kamu loh, rusanya udah cukup jinak semua. Yah, kecuali para jantan dan betina yang lagi masa birahi, pastinya lebih sensitif kayak kamu. Eh!

Penangkaran ini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas, karena memang tempatnya tidak terlalu luas, fasilitasnya hanya seputar kantin, toilet, panahan, gazebo, dan beberapa tempat duduk di seputaran kawasan. Yah sekali puteran kelar sih. Ada juga spot-spot foto yang memang disediakan untuk berselfie ria.

Menurut gue pribadi seru tempatnya. Walaupun bukan tempat wisata sebesar dan sekelas seperti Lembah Hijau, Taman Bumi Kedaton atau yang lainnya, tapi tempat ini lumayan buat jadi tempat edukasi buat anak-anak untuk lebih mengenal dunia binatang atau sebagai bagian dari konservasi. Bisa juga buat out kamu kalau lagi bosen. Untuk para kaum jomblowers lebih baik datang bareng teman yah, karena ngenes lihat banyak yang mojok-mojok berduaan di sudut-sudut gazebo haha. Bercanda!

Salut sih buat yang punya ide bikin penangkaran ini, dulu gue lewat kawasan ini memang cuma lahan kebon cokelat milik pengusaha gitu. Eh, sekarang sudah menjadi salah satu tempat wisata aja, dari segi fasilitas dan akses sudah cukup memumpuni kok, Cuma kesadaran pengunjung saja yang masih kurang untuk menjaga kebersihan penangkaran. Terbukti, banyak sampah yang berhamburan di sekitar gazebo bahkan sampai ada yang masuk ke pagar penangkaran, kan kasihan rusa-rusanya kalau harus makanin plastik dan sampah -sampah ini.

Muncak Teropong Laut

Satu lagi tempat yang sempat gue datangin, Muncak Teropong Laut. Gue gak berekspektasi apapun sama tempat satu ini. Karena memang gue juga baru tahu. Gue pikir Muncak dan Puncak Mas (tempat wisata juga) itu sama, eh ternyata keduanya berada di dua tempat yang berbeda.

Setelah dari Penangkaran Wan Abdul Rahman, gue melanjutkan perjalanan ke Muncak Teropong Laut. Aksesnya juga sama mudahnya, tinggal balik lagi ke arah Jalur Dua Kemiling, lewat arah Lembah Hijau, lurus terus gak pakai belok-belok menuju wilayah Pantai di area Teluk Betung. Gampangnya sih, kalau kamu masih bingung kamu tinggal search aja Pantai Duta Wisata, karena Muncak Teropong Laut hanya berjarak 500an meter dari pintu masuk Duta Wisata. Arah menuju Muncak ditandai dengan plang besar di samping masjid satu-satunya setelah pintu masuk duta wisata. Jangan nyasar yah. (sayangnya gak sempat moto)

Sepanjang perjalanan, gue masih mikir Muncak Teropong Laut itu ada teropong lautnya gitu di puncak bukit? Atau paling mercusuar di atas bukit?! Dan ternyata rasa penasaran gue terjawab sesampainya di lokasi tesebut.

Oh iya, sedikit tips buat kamu yang menuju kawasan Muncak ini, disarankan untuk menggunakan motor (kalau gue sih) karena jalannya nanjak-nanjak bukit gitu, dan jalannya masih banyak yang rusak, dengan sisi kanan kiri jurang. Jadi lumayan menyulitkan apabila ada mobil yang berpapasan di tengah jalan. Kalau naik motor, usahakan menggunakan pakaian tertutup kalau gak mau kulit kamu jadi belang-belang. Panas banget karena Muncak ini memang kawasan perkebunan penduduk, wilayah perbukitan di pesisir pantai.

Tips lainnya, sesampainya di atas (muncak) jangan langsung parkirkan kendaraan kamu. Karena apa?! Ternyata kawasan Muncak ini bukan berbentuk satu tempat tapi banyak tempat gitu. Yah karena memang punya warga yah, jadi memang tempatnya terpisah-pisah dengan spot-spot yang terpisah juga. Untuk muncak yang spot instagram itu ada di bagian lebih atas lagi, bangunannya tembok bukan bangunan semi permanen seperti yang lainnya. Tarif parkirnya seharga 5000 rupiah dan tarif per-orang juga 5000 rupiah.

Muncak Teropng Laut menyajikan panorama yang cantik banget. Walaupun ini bukan kali pertama buat gue melihat pemandangan dari atas, tapi untuk di Lampung tempat ini lumayan lah. Dari kejauhan kita bisa melihat pulau-pulau, dan bangunan kota terhampar luas. Kalau mau dimirip-miripin sih, mirip tebing Keraton walaupun dengan lapang pandang yang lebih sempit. Kenapa lebih sempit? Karena memang masih banyak pohon-pohon tinggi menjulang yang menutupi kawasan ini, sayang juga sih kalau ditebang, pasti nambah panas.

Datanglah kemari di siang menjelang sore atau mungkin subuh sekalian,  karena udaranya pasti  sejuk yah paling gak angin sepoi-sepoi. Di tempat ini juga lumayan lengkap fasilitasnya, dan banyak spot foto buat berselfie-selfie. Kamu juga kudu hati-hati karena daerah ini belum cukup aman, karena di sisi-sisi tebing hanya dibatasi dengan bambu-bambu, belum lagi kalau kondisi basah dan hujan. Mind your step.

Sayangnya, gue gak ambil banyak gambar ditempat ini, karena datangnya memang udah kesorean, pas datang berbarengan dengan para ibu-ibu yang sibuk berebutan tempat untuk poto-poto. Lama bokkk nunggunya!

Gak nyangka sih, sekarang Bandar Lampung sudah semakin hips banget. Berterima kasihlah pada media sosial karena berkatnya banyak tempat  yang bisa lebih terekspose dan tereksplore.

So, kamu mau main kemana dulu?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *