Mari berkata jujur, semakin dewasa usia seseorang maka kebahagiaan akan mengerucut menjadi hal yang lebih sederhana.
Uang memang salah satu sumber kebahagiaan, tapi percayalah bahwa waktu adalah segalanya. Jutaan orang rela menukarkan hartanya demi mendapatkan waktu yang lapang. Apalagi kalau bukan menghabiskan dengan orang-orang tersayang.
Begitupun juga dengan gue.
Pengalaman pulang kampung kali ini terasa hangat, bukan berarti yang sebelumnya tidak. Namun, dalam kondisi tertentu sedikit membosankan tanpa adanya koneksi antara gue dan keluarga. Tidak ada yang salah, gue juga tidak sedang berseteru, namun memang rutinitas bisa membiaskan apa yang seharusnya menyenangkan. Koneksi dalam artian intimate moment. Bapak Ibu ‘mungkin’ hanya dengan melihat gue di rumah sudah cukup fine bagi mereka. Karena jujur saja, sampai gue di rumah gak pernah sekalipun ditanya ” gimana tadi di jalan?” gitu gitu. Jadinya naturally gue juga gak pernah cerita sebaliknya.
Iyah, gue masih bersyukur selalu diberikan kesempatan pulang kampung beberapa kali dalam satu tahun. Makanya selagi sempat dan selagi bisa, gue berupaya untuk membuat moment sebanyak-banyaknya.
Dengan berbagai perdebatan, dan drama tentu saja. Akhirnya kemarin gue mengajak Bapak dan Ibu dan Kakak gue untuk pergi ke Danau Ranau. Sempat marah karena dengan mudahnya Ibu bilang lelah dan memilih untuk tidur di rumah. Sedangkan Bapak bilang sibuk dan lebih baik kami-kami saja yang pergi.
Well, baru kali itu gue merasa bahwa destinasi tempat kami pergi tidaklah penting, namun dengan siapa kami pergi adalah yang kami harapakan. Entah mungkin kisaran 5 tahun lebih tidak bepergian bersama keluarga. Terakhir gue ingat pergi ke Monas dan Bandung, itupun karena ada acara Study Tour yang diadakan sekolah Bapak. Iya, sejak kecil gue diajak pergi Study Tour ke beberapa daerah dengan Bapak dan Ibu, tapi perasaan itu sudah gak pernah gue rasakan lagi sejak tinggal berjauhan dengan mereka.
Kali ini gue sedikit memaksa, sempat terpikir ingin menyudahi kegiatan di kampung dan pulang lebih awal jika mereka menolak. Tapi untungnya tidak, gue sesemangat itu untuk berangkat walaupun persiapan hanya hitungan jam saja.
Danau Ranau berjarak 3 jam dari rumah, berada di Ogan Komering Ulu Selatan, sedangkan rumah kami ada di Ogan Komering Ulu Timur. Memalukan, sebagai putra daerah tapi tidak mengetahui bahwa Danau Ranau tidak terlalu jauh haha
Hal yang paling gue rindukan dalam perjalanan (walau sebenarnnya tidak jauh) adalah random conversation yang tiba-tiba pop up gitu aja. Pasti kalian pernah atau sering mungkin ketika koneksi signal sudah tidak ada, jaringan radio tidak muncul api terlalu bosan mendengar suara musik. Biasanya muncul cerita-cerita konyol nan membangongkan yang selama ini kita gak pernah tau.
Bapak adalah sumber cerita kami semua. Perjalanan hidup Bapak selalu menarik untuk dikorek, karena kalau hari-hari biasa terlalu aneh mendengarkan Bapak cerita tentang masa lalunya. Sedangkan Ibu adalah tipe pendiam yang jalan cerita hidupnya hampir tidak pernah terkorek.
Bapak gue tipikal soft heart, hal-hal kecil saja membuatnya terharu dan menangis. Berbeda 180′ dengan ibu dengan tipikal keras kepala dan sangat independent. Bapak bilang dia merasa hidupnya menderita selama ini, pertama pindah ke Sumatera bersama keluarganya (kakek nenek) dalam kondisi tersesat, berjalan ratusan km membawa adik-adiknya yang kecil. Dulu kampung adalah hutan, hingga sekarang kami tumbuh dan berkembang di bawah asuhan mereka.
Lain halnya dengan Ibu, sebagai seorang princess daerah. Hidup bersama pamannya di Tulung Agung, merasa ingin dipertemukan dengan Ibunya di Sumatera namun tidak terlalu direspon baik. Sumpah ini drama korea banget.
Aduh, rasanya pengen membuat biografi tentang mereka jadinya. Tapi pasti nanti gue kena marah. haha
Masa-masa berharga walau singkat seperti ini adalah hal yang gue rindukan.
Gue gak bohong kalau kadang gue iri dengan kehidupan orang lain yang bisa berkumpul dengan keluarga dalam kondisi apapun. Sayangnya saat ini gue sedang menukar waktu gue dengan uang, dan mengharuskan gue jauh ribuan kilometer dengan mereka, berbeda waktu, berbeda pulau, dan banyak lainnya.
Kakak gue bilang, gue alay banget apa-apa selalu di ambil video. Padahal kalau mau jujur gue hanya ingin mengabadikan moment, moment di saat gue bisa menyentuh Bapak dan Ibu yang gue gak bakal tau kapan Allah memintanya kembali.
Jika saat itu memang datang, pengobat rasa rindu yang tak tersampaikan mungkin hanya bisa lewat-lewat video yang gue unggah di Youtube.
Ya ampun kenapa sih kalau ngomongin tentang Bapak dan Ibu selalu terasa sentimentil.
haha :’)
yaudah video ini adalah video perjalanan kemarin ke Danau Ranau, gue berharap bisa lebih lama membawa Bapak Ibu untuk quality time bersama lagi nanti, terutama setelah COVID 19 berakhir dan setelah mereka tervaksinasi.
Tahun 2020 gue berencana membawa mereka ke Kuala Lumpur, Bapak dan Ibu pun sudah memperpanjang passport mereka tapi gagal. Pengen rasanya memberikan hadiah honey-moon kepada mereka tapi rasanya sekarang belum tepat.
Semoga Bapak Ibu sehat terus yah, supaya kita bisa jalan-jalan lagi.