Beberapa bulan ini atau mungkin sudah hampir satu tahun ini ke belakang, interest gue berubah mengenai gaya hidup. Maksudnya bukan gaya hidup bersosial dan sejenisnya. Tapi sepertinya gue menyenangi hidup yang praktis, ringkas, rapih, dan sejenisnya.
Lama hidup di perantauan harus pintar-pintar mengendalikan diri. Awal mula gue sangat konsumtif dalam berbagai hal. Membeli barang, konsumsi harian, hingga jebakan belanja online yang rasanya ‘nagih’ gitu loh terlebih setelah gue Tahu internet banking dan lainnya. Pernah sekali merasa konsumtif ini makin menjadi hingga gak sadar gue gak punya apa-apa untuk di saving atau biasa dikenal dengan istilah menabung.
Usia-usia waktu itu rasanya mirip kayak jaman sekarang orang bilang ‘YOLO–you only live once” tanpa dibarengi pengetahuan yang cukup bahwa ‘besok gue mau makan apa’. Gue gak paham dengan diri gue yang waktu itu, hidup konsumtif dan penuh resiko tapi masih seakan-akan semua baik-baik saja.
Yah, mungkin orang harus mengalami hal semacam itu kali yah, sehingga kita bisa memaknai hidup kita yang sekarang. Tapi gue gak menyesal, hidup di masa muda yang penuh resiko memang bagian dari kehidupan yang menantang. Bangganya kita bisa survive dalam berbagai kondisi, walau sebenarnya kita kekurangan dan kita baik-baik saja. Waktu itu.
Seiring berjalan waktu, mindset seperti itu rasanya gak bisa lagi gue ikuti. Yah, selain karena gue masih miskin yah, tapi untuk mengikuti gaya hidup yang dulu rasanya seperti sia-sia. Mungkin faktor umur juga haha
Gue membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan basic tentang finance, mulai cara mengelola keuangan (terlebih setelah dapat full time gaji sendiri-dulu freelance) dan tentu saja cara menabung. Pengetahuan gue bertambah setelah kenal konsep hidup Frugal dan yang agak lebih ekstrim adalah minimalist.
Kenapa?
Coba deh kamu tengok barang-barang sekitar kamu, berapa banyak yang esensial dan berapa banyak yang gak ada gunanya. Gue pernah terjebak diantara keduanya dan tanpa disadari pola sepertinya menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan.
Sebagai anak rantau, ‘seharusnya’ hidup keterbatasan adalah hal biasa. Tapi makin ke sini dorongan untuk melengkapi kebutuhan untuk hidup terlihat ‘nyaman’ rasanya makin besar. Apalagi kita punya kendali akan uang kita sendiri. Bener dong suka-suka kita. Nah disini konsep frugal living benar-benar bekerja untuk gue.
Bagi yang belum tahu Frugal living bisa gue jelasin sebentar menurut sumber : Frugal living adalah kemampuan dan keinginan untuk bersikap cermat dalam penggunaan sumber konsumsi seperti makanan, waktu dan uang serta menghindari segala sesuatu yang berlebihan atau boros. Hidup frugal merupakan gaya hidup yang dijalani dengan kesadaran penuh untuk mengelola uang dan aset dengan baik, tidak berlebihan dan tidak menyia-nyiakan barang kepunyaan yang kamu miliki.
Gue merasa cocok banget dengan life style ini walaupun sebenarnya ini dah lama banget sejak tahun 2007. Yah sebenarnnya konsepnya sama saja, tapi mungkin beda istilah aja kali yah dengan sekarang.
Dulu jaman masih kecil hingga sekarang, gue terbiasa melihat ibu yang selalu membuat catatan (journaling) apapun kegiatan dan printilannya dalam buku-buku tulis. Gue pikir untuk apa, ternyata sekarang gue tahu bahwa itu salah satu konsep dari Frugal Living, walaupun dulu gak ada istilah ini sih. Begitu juga dengan Bapak, biasa melakukan pencatatan kegiatan harian hingga sekarang (walau gak serapih ibu) tapi catatan catatan tersebut masih ada sampai sekarang. dan itu memorable banget.
Konsep hidup frugal dengan cermat dalam mengatur kehidupan, bener-bener improving my life. Walau rasanya belum 100% works on me tapi setidaknya gue jadi tahu harus gue apakan kehidupan gue ini, terutama masalah finansial. Kita jadi tahu apa yang harus menjadi prioritas, apa yang perlu dan tidak perlu kita lakukan, hingga mengalahkan keinginan. Susah? tentu saja susah sekali. Tapi ini masih berproses.
Sering juga gue memang kelepasan, misalnya membeli item yang sebenarnnya gak perlu. Tapi minimal sekarang sudah bisa menimang apakah item yang gue beli bisa memberi manfaat panjang atau gak, masih on budget atau enggak, atau hanya nafsu aja. Misal ini yah, dulu ngebet banget pengen punya airpods, sampai uring-uringan pengen beli karena memang lagi promo adakali 500 ribu potongan. Kayaknya keren gitu kan.
Tapi berusaha menahan diri dengan dukungandari partner dan malah dibelikan airdots yang ukurannya lebih simple dan praktis, dan suprisingly gue gak pengen lagi tuh airpods. Bahkan sekarang gue balik ke headset kabel lagi. I means semudah itu kita bisa melihat opsi-opsi lain yang ada tapi kita terlalu terpukau dengan hal-hal yang gak terlalu ada artinya.
(Beda lagi kalau lo kaya sih, kalau mau beli beli aja hahaha)
Itu baru contoh saja, ada beberapa hal yang memang kita harus kalahkan walaupun kita sangat inginkan. Tapi setidaknya Frugal living bisa banget membantu gue untuk memprioritaskan apa yang gue perlukan at least apa yang perlu gue lakukan.
Sekarang sih masih on trial yah, masa uji coba. Karena sebenarnya goals gue adalah hidup minimalis and less stress, because simple is more. Technically ketika beli barang gue make sure barang itu punya fungsi berkepanjangan atau gue pakai terus menerus.
PR gue sekarang adalah declutering. Gue masih suka menyimpan barang-barang lama, karena gue suka yang sifatnya authentic dan memorable, jadinya barang-barang yang ada sisi historisnya gue simpan terus. Secara konsep minimalist ini gak cocok banget, cuma gue gak tega mau ngebuangnya.
Lets see sejauh mana gue akan bertahan dan berkembang, cerita tentang frugal living dan gue sebagai frugal fighter akan terus berlanjut kok di postingan blog berikutnya.
Ciau.