Istilah menjelajah mungkin agak berlebihan untuk part ini karena destinasi ini sudah sangat terkenal seantero Indonesia (in my opinion). Bagi gue pribadi Nusa Penida memang gak pernah ada di list destinasi yang pengen gue datangi (paling tidak untuk saat ini). Tapi rejeki Allah berkata lain, di libur Natal kemarin dengan sedikit persiapan dan modal research dari orang-orang terdekat, berangkatlah gue ke Nusa Penida.
Why Nusa Penida?
Untuk ukuran Bali, sangat banyak pilihan destinasi wisata yang bisa didatangi terlebih di suasana akhir tahun. Tapi jadi boomerang juga bagi warga lokal semacam gue ini yang ‘harusnya’ bisa datang kapan saja, karena Bali berubah menjadi super padat dan ‘kurang’ menyenangkan. Hype liburan kelewat kenceng kali yah, jadinya gue pribadi kurang bisa menikmati liburan kalau posisinya di Pulau Balinya itu sendiri. Hal ini gue buktiin dengan pergi ke wilayah Kuta di hari pertama kedatangan. Betapa padatnya area Double Six Beach dan area Kuta yang bikin susah pergi kemana-mana.
Pilihan gue ke Nusa Penida adalah untuk menghindari crowd yang ada hampir di setiap sudut pulau Bali sekalian menjelajah Nusa Penida yang ternyata adalah pulau yang sangat besar sekali (ekspektasi hanya sebesar Gili Trawangan hahaha).
Banyak option untuk mengexplore Nusa Penida, yang paling mudah adalah menggunakan Jasa One Day Trip dengan kisaran harga 350 ribuan per orang dengan wilayah jelajah di bagi menjadi beberapa area, misalnya mau area barat aja kah, atau area mana gitu. Yang jelas pilih satu karena gak akan ke cover semua. Pilihan lainnya yah kayak gue, sengaja pergi ke Nusa Penida untuk rehat-rehat, sewa hostel atau hotel kemudian nyantai aja pergi-perginya. Spare waktu sekitar 3 hari untuk pulang pergi.
Untuk menuju Nusa Penida, ada banyak pilihan cara dengan berbagai akomodasi. Yang pasti sih kamu bakal nyebrang ke Nusa Penida dengan menggunakan kapal, nah kapalnya ini bisa pilih bisa dengan cruise, private boat, atau public boat. Berhubung hamba sahaya kayak gue gak punya pilihan apa-apa selain public boat, jadilah gue naik public boat dengan keberangkatan dari Pantai Sanur.
Agak tricky sih untuk menyebrang ke Nusa Penida lewat Sanur, karena memang gak nampak kayak tempat penyebrangan kapal gitu (walau katanya keberangkatan rutin selalu lewat sini). Jadi begitu lo sampai di Sanur langsung aja menuju ke arah pantai kemudian belok ke kiri (Patokannya Warung Mak Beng yang famous itu).
Abaikan calo calo kapal yang annoying itu karena mereka menawarkan pembelian tiket tanpa henti. Kita bakal diikutin terus sampai kita menyerah dan dia bakal dapat cuannya. Saran gue sih langsung cari kounter boatnya aja. Kemarin gue pakai Angel Billabong dengan keberangkatan pukul 14.00 dengan harga 75 ribu/orang. Sedangkan kalau lewat calo bisa 100 ribu atau mungkin 150 ribu per orang. Hmmm gilak kan
Perjalanan Sanur ke Dermaga Banjar Nyuh hanya sekitar 45 menit, lumayan untuk sekedar memejamkan mata. Turis yang menuju ke sini juga lumayan banyak, gak kebayang sih kalau pagi pas orang berangkat One Day Tour itu ramainya kayak apa. Setelah sampai di Dermaga Banjar Nyuh gue langsung menuju ke Dermaga Toya Pakeh, hanya berjarak sekitar 300 meter dari Banjar Nyuh. Gue udah booking penginapan di dekat situ.
Surprisingly, penginapan gue walau seharga hanya 150-an ribu per malam super worthy karena lokasinya strategis. Dekat tempat makan, dan langsung menghadap ke laut. Waw, viewnya itu gold banget hahaha. Asli hari pertama sampai itu udah sore kan, jadinya tidur-tiduran bentar sambil ngelihatin pantai depan kamar. Sebelum sunsetan di Crystal Beach.
Untuk muter-muter wilayah Nusa Penida tidak ada akomodasi selain sewa kendaraan, bisa mobil atau motor dengan harga bervariasi. Pinter-pinter kita nawarnya gimana. Kemarin gue sewa motor sesampainnya di penginapan. Itupun gak sengaja karena sambil lewat aja ketemu mbak mbak yang nawarin motor dekat tempat dagangnya. Sebelumnya kita kayak diteror sama tukang sewa gitu seturunnya dari boat, jadi musti hati-hati yah. Akhirnya gue sewa di mbak itu yang gue gak tau namanya sampai sekarang dengan harga 150 ribu doang untuk 3 hari (sudah termasuk full bensin). Beruntung banget hahhaa, lainya nawarin 85 ribu (full bensin).
Jadilah sore itu gue langsung menuju Crystal Bay Beach yang gak jauh dari Toya Pakeh. Jangan heran dengan kondisi Nusa Penida yang menurut gue ‘agak berantakan’ karena memang lagi banyak pembangunan dimana-mana. Termasuk pembangunan akses menuju tempat-tempat wisata. Jalannya super kecil gak muat lah untuk 2 mobil papasan langsung, jadi musti hati-hati berkendara.
Personally sih Crystal Beach yaudah gitu aja pantai, banyak sih typical pantai begini, mungkin karena posisinya strategis dan gak takes time banget ke sini makanya jadi rekomendasi untuk sekedar rehat dan baring-baring. Tidak ada tarif masuk sama sekali ke pantai-pantai ini, dan parkir kendaraan juga gak kena biaya. Kecuali kamu memang mau tiduran di tempat baring yang disediakan dan minum-minum. Itu baru berbayar. Selain itu silakan dinikmati secara gratis. I love gratis !!!
Hari pertama full charge, bersiap untuk hari berikutnya yang lebih menantang karena gue akan ke Diamond Beach yang super terkenal itu. By the way, untuk pilihan makanan di malam hari di sekitar Toya Pakeh gak terlalu banyak. Ada pilihan makanan seperti nasi padang, lalapan dan kedai-kedai kecil gitu. Untuk harga agak lumayan sih (wajarlah di pulau), tapi yang jelas pilih-pilih tempat makan karena kemarin gue agak zonk tempat makan gak enak sama sekali tapi harganya mahal gilak (clue: di dekat pelabuhan Toya Pakeh). Kalau mau chill di bar atau beach club juga banyak sih, cuma di Bali udah banyak kan yah, jadi kita pilih yang nature nature aja (padahal lagi ngirit).
Hari kedua di Nusa Penida, kita langsung tancap gas menuju Diamond Beach. Ini pantai terkenal banget di instagram karena memang tempatnya bagus banget. Perjalanan ke sana memakan waktu 1 jam lebih, dengan berkendara motor lumayan juga cui pantat pedes banget, belum lagi jalan naik turun bagai ular melingkar lingkar. Berpandu pada Google Map akhirnya gue sampai sana sekitar jam 8 pagi, belum ramai orang karena rombongan one day trip biasanya sampai pukul 10 pagi. Tapi sebelum kita masuk ke Diamond Beach gue merekomedasikan kalian buat cobain makan di persimpangan jalan sebelum ke Diamond Beach. Tempatnya enak, makannya enak, dan ada akses toilet juga. Lumayan untuk rehat setelah satu jam perjalanan.
Setelah cukup energi dan semangat, lanjutkan perjalanan ke Diamond Beach yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari tempat ini.
Untuk masuk ke area ini tidak dikenakan biaya, tapi hanya dimintakan kontribusi seiklasnya untuk pembangunan akses di kawasan ini. Menurut gue ini penting banget, gak kebayang betapa sulitnya akses ke sini kalau tempat napak kita ini aja gak di aspal gini hahaha..
Target Diamond Beach tepat di belokan kanan poto di atas, kamu bakal terkejut dengan apa yang kamu lihat !!!!
Kalau kamu memang niat mau turun ke area pantai, pastikan kamu punya tenaga dan tekad yang kuat. Jalan menuju ke bawah berupa tebing yang diukir, jadi kalau gak hati-hati bisa ngegelinding ke bawah. Asli treknya susah bangeeeeeeeeet. Turun terasa mudah (oh tentu tidak), jalan naik ke atas (apalagi mau dieee rasanyaaa). Belum lagi orang yang lewat berpapasan, ini jalan hanya muat satu orang by the way) .
Apakah akhirnya gue turun ke pantai ?
Sebenarnya alternatif ke Diamond Beach gak perlu sampai bawah sih, karena view dari atas lebih WAW dibandingkan di bawah, cukup jadi opsional aja apalagi kalau gak punya waktu banyak. Pemandangan di atas juga gak kalah keren, coba naik ke atas bukit dikit biar dapat view begini.
Setelah puas dengan Diamond Beach rasanya gak terlalu berhasrat untuk menuju Atuh Beach (sebenarnya sih karena udah kecapean banget haha), jadi lihatin Atuh Beach dari atas aja. dan cukup ‘Ohhh ‘ udah gitu aja.
Setelah melihat betapa sulitnya akses ke sini (sulit dalam artian trek yang panjang dan cuaca/panas yang gila banget) gak heran kenapa banyak yang lebih memilih untuk cukup one day trip aja full akses. Kalau tujuannya hanya ‘cukup tahu aja’ one day trip bisa jadi pilihan yang tepat.
Apakah tempat ini cukup family friendly ? i guess not. Tapi bisa jadi opsi untuk kamu dan keluarga melihat keindahan Nusa Penida.
Gak ada unsur penyesalan sama sekali ke sini dengan berpetualang ria menggunaakan motor sewaan tanpa helm menembus jalan yang berliku dan panas membaranya Nusa Penida. Gue bisa menikmati keindahan Diamond Beach yang terkenal itu sepuas mungkin dengan pengalaman pertama yang gak akan terlupakan (karena tanpa persiapan).
Sambil pulang dari Diamond mampir ke ‘brugak’ warga untuk tidur siang sambil kena angin pantai yang semilir. Wah best gile ! Perjalanan ke Diamond Beach gue akhiri dengan berenang di pantai depan penginapan, such a good idea after long trip.
Let is God surprise you with beautiful things, you will feel very grateful.
Lanjut ke Part II yah guys