Bekerja gak perlu sebegitunya?! (Work Life Balance Story)

Work -Life Balance itu gimana sih?!

Gue rasa gak ada manusia di dunia ini yang bisa benar-benar PUNYA hidup yang balance antara kerja-dan kehidupannya (terutama kehidupan peribadinya). Gue yakin di luaran sana masih banyak orang yang struggling untuk mengatasi itu. Gue juga sama sih.

Balance itu gak ada indikatornya dalam hal ini. Seseorang bisa merasa hidupnya penuh kegiatan, sibuk, pergi sana-sini dan tetep ngerasa happy yah fine-fine aja. Menurut dia itu balance.

Dia gak kerja kantoran, punya waktu untuk family, dan sibuk dengan aktivitas pribadinya. Menurut dia itu balance.

Gue dulu penganut hak harus setara dengan kewajiban. Dalam artian seperti ini, gue bekerja dengan sepenuh hati, menguras pikiran dan tenaga, ketika saatnya gue istirahat dan rehat gue harus meninggalkan kewajiban. Padahal gue gak seharusnya seperti itu. Hal itu bagus, gue sadar akan proporsi gue untuk bekerja dan beristirahat. Tapi rasanya gue jadi egois karena banyak pekerjaan yang menuntut fleksibilitas sehingga mau gak mau pekerjaan mencampuri ranah pribadi. Yah, mau protes juga gak bisa sih, karena bagaimanapun secara tidak sadar gue juga menggunakan waktu bekerja untuk mengurusi urusan pribadi. Rasanya gak adil aja gitu.

Semenjak saat itu, mindset  gue ubah. Gue  bukan penganut work-life balace lagi. But gue mencoba untuk yang namanya set-priorities. I still dunno, its really works on me or not. 

Gue mencoba menyiasati pekerjaan yang berjibun dengan ‘keeping my smile’s on’ dengan memprioritaskan mana yang penting dan mengurangi yang gak penting. Its kinda fun, karena gue memang agak suka puzzeling dan organizing jadi rasanya cukup menantang untuk mengerjakan ini dan itu. Walaupun sampai sekarang masih suka kecampur-campur mana yang harus di mulai duluan, karena gue selalu based on mood.

Misalnya nih, banyak kerjaan bikin A yang sebenarnya deadlinenya besok. Biasanya gue muter dulu ngerjain yang lain baru bisa balik ke A. Alasan kembali ke kerjaan A karena gue  ‘merasa bersalah’ karena telah buang-buang tenaga untuk mengerjakan yang lain bukannya cepat ngerjain kewajiban A. Tapi ini berhasil. Ketika rasa bersalah ini muncul. Gue rasa lebih baik dan bekerja lebih cepat.

Ada yang sepemikiran dengan gue gak sih? hahaha

Dengan set-priorities ini rasanya hidup gue menjadi sedikit terarah, karena punya timeline yang jelas walaupun efford gue kadang gak cukup besar untuk menyelesaikan semuanya. Karena namanya pekerjaan yah, datangnya bertubi-tubi. Sampe gelagepan rasanya gak selesai-selesai. Tapi yah gitu, karena pekerjaan selalu gak ada ujungnya makanya gue harus mengatur diri sendiri.

Gue sadar gue bukan tipe pekerja keras. I Wish bisa selalu kerja cerdas.

Delegate or try to find help by other kinda good lah. Kita bukan manusia super juga. Gak semuanya bisa kita pegang, dan kita hajar sendiri. Setidaknya kita tahu batasan kita, mana yang harus diselesaikan, mana yang bisa dikerjakan nanti, atau mana yang bisa dikerjakan belakang.

Gue harus tetap menjaga hidup gue untuk tetap waras sih. Hidup santai harus relate dengan hidup cepat. Kita sendiri sih yang paham dengan ritme hidup kita sendiri.Walau kadang sering kebawa arus santai sehingga melewatkan moment moment besar yang harusnya gue bisa improvment lebih di situ.

Gapapa, gue bukan manusia super.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *