Throwback moment sewaktu berakhir pekan di Cirebon, menggelitik (alah ..) mengingatkan gue dengan beberapa tempat yang sebaiknya kamu luangkan untuk mengunjungi beberapa Cirebon.

Cirebon itu luas banget, selain daerah industrial, kawasan terkenal Batik- Trusmi dan sentral batiknya yang tersohor itu, kamu juga bisa mengunjungi beberapa tempat yang sarat historis, budaya, dan religius. Banyak lokasi sebenarnya yang bisa kamu datangi, namun lokasinya agak sedikit berjauhan satu sama lain.

Gak punya waktu banyak? Tenang, daftar wisata berikut bisa kamu praktekan ketika mengunjungi Cirebon, karena wisata ini menurut gue sekalian lewat aja, karena berada di lokasi yang berdekatan.

Namun perlu diingat, sedikit tips bagi kamu yang hendak berwisata di Cirebon. Akomodasi di Cirebon mungkin tidak sebanyak/tidak  semudah di kota-kota besar lainnya di pulau Jawa. Cukup nyaman bila kamu jelajah Cirebon dengan mengendarai kendaraan pribadi, tapi bagi kamu yang berkendara dengan fasilitas umum musti lihai dalam hal yang satu ini. Walaupun cukup lengkap seperti becak, angkutan umum, maupun taksi, berhati-hatilah dengan permainan harga para pengemudinya. Bagaimanapun, mereka pasti notice kalau kamu adalah seorang pelancong yang belum tahu seluk beluk kota Cirebon. Nah, niat hemat gak jadi hematkan kalau uangnya habis di ongkos.

Lalu kemana saja tujuannya?

KERATON KASEPUHAN CIREBON

Patung Macan Putih yang legend banget tepat di depan Keraton Kasepuhan

Jujur saja, waktu berkunjung ke Cirebon gue gak berekspektasi banyak (gak niat-niat banget) mendaftar lokasi apa saja yang mau dikunjungi. Nah, salah satu yang katanya direkomendasikan oleh pihak hotel adalah Keraton Kasepuhan Cirebon.

Keraton Kasepuhan Cirebon lumayan besar menurut gue pribadi pertama kali menginjakkan kaki disana, cukup luas karena dikelilingi oleh tembok batu-bata yang kayaknya jadi ciri khas bangunan ini. Lokasinya berada di Jalan Jagasatru Cirebon. Untuk historisnya kamu bisa googling sendiri yah, Katanya bangunan ini adalah yang paling keren se Cirebon dan masuk daftar kunjungan yang wajib di datangi hmmm…

Sepertinya gue berekspektasi terlalu tinggi, sorry to said Keraton ini terlihat kurang terawat dan terkesan berantakan. Tidak seperti Keraton yang pada umumnya, biasanya keraton terlihat indah, bersih, terawat, dan kita yang mengunjunginya langsung terasa ‘wah’ pertama kali ke sana seperti di Yogja ataupun di Solo tapi tidak gue rasakan sama sekali di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Mulai dari pintu masuk, tidak dipungut biaya masuk (seingat gue sih), gimana mau dipungut biaya masuk, orang pintu masuk otomatiknya aja sudah jebol. Jadi pengunjung bebas keluar masuk kawasan Keraton yang seharusnya cukup streril dari orang-orang yang kurang berkepentingan, dan hanya dikhususkan bagi para pengunjung. Masuk lagi ke bagian dalam sebelum masuk ke kawasan utama,  gue di sambut oleh lapangan yang cukup luas dan rindang, cukup teduh tapi sayangnya lapangan ini penuh sesak karena ada acara parpol yang bikin riweh dengan acara dangdutannya. Kerasa lagi di keraton?! Enggak. Kayak di kondangan. Thanks

Masuk lagi ke dalam, barulah gue ada di lokasi bangunan utama yang gambarnya banyak di Google itu. Bangunannya ber-catkan putih bersih, sepertinya banyak akulturasi budaya yang disiratkan dari bangunan keraton ini. Di bagian depan terdapat patung Macan Putih yang merupakan lambang Kasultanan Cirebon, lambang ini juga bisa kamu temukan di berbagai tempat di kota Cirebon.

Akulturasi budaya terlihat lewat gapura (pintu masuk) yang nampak ukiran-ukiran khas bali namun disertai tempelan keramik khas pecinan.

Di sisi bangunan kiri dan kanan terdapat museum yang menyimpan benda-benda pusaka jaman Kasepuhan Cirebon, yang paling terkenal seperti Kereta Kencana Raja-Raja, Baju-Baju pusaka hingga peralatan perang.

Sempat celingak-celinguk karena gak ada penjelasan yang bisa membantu untuk menceritakan sejarah dari Keraton Kasepuhan ini, datanglah seorang bapak-baopak paruh baya (tanpa seragam) berpakaian sehari-hari (kayaknya sih warga lokal) yang berniat untuk mendampingi selama berkeliling tiap bagian dari keraton ini. Nah, lumayan membantu sih, karena kita ditunjukkan berbagai lokasi hingga ke bagian dalam keraton yang lebih sepi, lebih terasa ‘mistis’nya, termasuk tempat-tempat pendopo, tempat meditasi, tempat mengaji, hingga sumur-sumur tua pada masa itu yang katanya airnya memberikan banyak manfaat. Wah, gak ada salahnya toh dicoba.

Pendopo dan beringin besar, biasanya digunakan sebagai tempat orang semedi atau meditasi

Gak banyak yang bisa dilakukan di Keraton ini selain hanya bisa berjalan-jalan di sekitar bangunan utama (pengennya sih bisa masuk keratonnya) tapi sayangnya terlarang untuk wisatawan  karena khusus untuk anggota keraton. Yasudahlah, lanjutkan ke destinasi berikutnya.

KERATON KANOMAN

Gapura Keraton Kanoman

Tidak terlalu jauh dari Keraton Kasepuhan, ada Keraton lainnya yang menjadi bagian historis dari Kota Cirebon. Hanya berjarak 100 meter-an kamu sudah tiba di Keraton Kanoman, eh baiknya sih naik becak aja yah (dengan harga 10 ribu aja) karena lumayan juga euy kalau jalan kaki. Belum lagi akses tercepat menuju Keraton ini adalah masuk melewati pasar tradisional.  Tidak ada petunjuk jalan yang memadai, jadi yah tanya-tanya dikit ke penduduk sekitar its fine. Dan sampailah di pelataran Keraton Kanoman

Keraton ini menurut gue lebih besar dari sebelumnya, atau mungkin karena berada di area terbuka yang luas jadinya terlihat lebih megah. Selain itu, ciri khas keraton yang selalu punya pohon-pohon beringin besar di sekitar Keraton yang membuatnya jadi semakin adem –adem ngantuk pengen glesotan di bawah pohon.

Tidak jauh berbeda dengan keraton kasepuhan, keraton ini juga dikelilingi oleh pagar tembok putih menjulang. Keadaan keraton ini lumayan sepi, padahal waktu itu hari minggu, dan nyatanya cuma ada beberapa orang aja yang berkunjung.

Sama seperti di Keraton kasepuhan, di keraton Kanoman juga di tidak ada tiket masuk (alias free entri) tapi ada penjaganya yang siap bantu kamu untuk berkeliling lingkup keraton.

Lingkungan keraton, identik dengan pagar putih dan ornamen pecahan keramik di tempelkan pada bagian dinding-dinding pagar

Area keraton yang tidak terurus
Kolam Pemandian Putra Putri Keraton

Ekspektasi gue turunkan lagi, karena kondisi keraton ini sama tidak terawatnya dengan keraton sebelumnya (sorry) banyak ilalang dan tanaman liar yang bikin keraton ini jadi makin kusam dan terlihat tidak terurus. Kita diperbolehkan untuk memasuki bagian penerimaan tamu dan melihat sekeliling bangunan yang menurut gue gak ada apa-apanya. Karena memang yah gak ada apa-apa. Belum lagi tempat koleksi atau museumnya juga sedang ditutup, jadilah Cuma ambil beberapa photo di tempat ini. Lumayan instagramble sih, lucu juga bagian-bagian gapuranya yang besar-besar.

Pelataran Keraton Tempat Penerimaan Tamu

Nah, untuk biaya pendampingan penjaga keraton ini cukup bayar seiklasnya yah guys, tapi jangan dikit banget juga. Itung-itung membantu perekonomian warga lokalnya. Seharusnya tempat ini bisa dikelola dengan baik dan bagus, Cuma sepertinya karena masalah pengelolaannya berada di pemerintah kota Cirebon atau masih dipegang oleh para anggota keraton atau bagaimana, sehingga menjadi kurang optimal. Aslinya, komplek Keraton ini luas banget loh, kawasan pasar tradisional yang berada tepat di samping keraton ini adalah milik keraton juga yang katanya disewakan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan warga. Wah, baik yah!

KERATON KACIREBONAN

Area Pelataran Keraton Kacirebonan, biasanya digunakan untuk menerima tamu dan upacara adat

Salah satu lainnya, dari sejarah panjang Kota Cirebon adalah Keraton Kacirebonan. Berlokasi di wilayah Pulaseran, Kecamatan Pekalipan, hanya berjarak 1 km dari Keraton Kasepuhan. Tempatnya mudah banget diakses kok, karena berada di pinggir jalan besar kota Cirebon.

Loh, kok keraton lagi?

Yah, jadi dulu singkatnya ada semacam perpecahan gitu guys antar sesama anggota keluarga Cirebon dimana akhirnya salah satu anggota keluarganya membangun Keraton lainnya yang dikenal dengan Keraton Kacirebonan ini.

Uniknya, keraton ini malah menjadi salah satu bukti kejayaan Kesultanan Cirebon pada waktu itu, keraton Kacirebonan ini lebih terawat dibandingkan dua keraton sebelumnya, dan tiap bangunan memiliki fungsinya masing-masing. Dari bagian luar saja kita bisa lihat nih, betapa elegannya Keraton Kacirebonan dilihat dari ornamen-ornamen dan bentuk bangunan yang cantik sekali. Kondisinya lingkungannya juga bersih, teduh, dan asiknya kita diperbolehkan masuk ke dalam loh!

Tiket masuk kawasan ini hanya sekitar 10 ribu perorang, dan biaya pendampingan sebesar 20 ribu/sesi . Gue didampingi oleh seorang nenek-nenek yang kayaknya udah hapal luar kepala apa yang mau disampaikan, sehingga beliau gak perlu lihat barang apa yang mau ditanyakan udah di jawab duluan hahaha

Lambang Kasultanan Cirebon, coba perhatikan lambangnya. Filosofis banget loh itu.

Dari bagian luar kita bisa melihat pelataran penerimaan tamu dengan kursi-kursi yang banyak dan dihiasi warna keemasan dan didominasi warna hijau cerah, makanya tempat ini dikenal dengan nama Gedong Ijo (Gedung Hijau). Selain itu, juga ada Pringgowati, tempat meletakkan benda-benda pusaka, Pinangeran sebagai tempat tinggal kerabat sultan, dan kaputren dan kaputran sebagai tempat tinggal putra pitri Sultan Kacirebonan. Bahkan disini kamu bisa lihat loh siapa Raja Kacirebonan  dari dulu hinga sekarang yang potonya ada di dinding-dinding Keraton.

Singgasana Sultan
Mirip bapak Pesiden kita yah, Pak Jokowi!!!

Over all, ini sih tempat yang paling mendefinisikan Kasultanan Cirebon dan sejarah panjang Kota Cirebon. Yah, walaupun sebenanrnya bangunan utama berada di Kasepuhan Cirebon itu. Namun sayang, kurangnya pengelolaan membuat informasi sejarah yang harusnya bisa dipelajari oleh pengunjung jadi susah diterima (kayak gue) dan masih kebingungan sampai akhirnya semua di jelaskan di Keraton Kacirebonan ini.

Menyenangkan sih memang, untuk sesekali tidak mencari tahu banyak terlebih dahulu lokasi wisata apa yang bisa didatangi, dan serunya pas tahu kalau tempat yang kamu datangi itu ternyata mempunya nilai sejarah yang sangat mahal harganya, salah satunya ini nih!

Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Bagian depan Masjid

Gila, kali kedua gue terkesima dengan bangunan masjid tradisional dengan nilai seni, budaya, religi yang kental banget setelah Masjid di Kota Gede, Jogjakarta.

Masjid agung Sang Cipta Rasa yang juga dikenal sebagai masjid Agung Kasepuhan adalah saksi dari persebaran islam di tanah Jawa.

Masjid ini konon dibangun oleh para wali dengan arsitek yang berasal dari arsitek era Majapahit. Kebayang dong gimana rumitnya bangunan ini. Hal ini terlihat dari bagian utama masjid yang terdiri dari sembilan pintu utama. Anehnya, delapan pintu berukuran sangat kecil sekali, sedangkan pintu ke sembilan berukuran sangat besar, tapi gak pernah dibuka selain pada hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha serta Sholat Jumat. Di bagian tengah masjid disangga oleh tiang-tiang yang banyak sekali dikenal dengan istilah Soko Guru yang terbuat dari kayu jati asli, bisa kebanyang tuh betapa kokohnya bangunan masjid ini.

Satu dari sembilan pintu yang mengelilingi Masjid, pintunya kecil banget, masuk pun harus menunduk

Sumber air di sini juga sangat melimpah, terlihat dari adanya kolam besar disamping masjid hampir menempel dimasjid tempat para jamaah mensucikan diri. Airnya enak banget coy, dingin dan seger banget.

Sumber maa air yang berada tepat di samping masjid.

Gak nyangka sih, pengalaman setengah hari bisa mengenalkan gue kepada budaya warisan Indonesia yang punya nilai historis yang sangat tinggi. (Ceileh, estetik banget).  Masjid yang gue datangi ini dulu pernah gue baca di buku sejarah, dan ternyata ketika sudah di Masjidnya dan merasakannya sendiri, nilai sejarahnya jauh lebih banyak dibandingkan apa yang gue ketahui sebelumnya. Detail unik seputar masjid ini dapat kamu lihat di  https://singgahkemasjid.blogspot.co.id/2013/05/sepuluh-fakta-menarik-masjid-agung-sang.html

Kata siapa wisata setengah hari tidak berkesan? Jika kamu berada di Cirebon dan sedang mengunjungi Crebon sempatkan mampir ke kawasan Keraton ini yah, selain wisata kita juga bisa belajar banyak dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan.

Sampai bertemu dicerita berikutnya

Bonus

Ada makanan enak di depan Masjid Cipta Rasa, harganya murah banget kurang dari 10 ribu/porsi, tapi gue lupa ini apa namanya.

Bukan ketoprak, bukan lontong sayur, bukan gado-gado, dan bukan jenis lainnya. Ada namanya sendiri, tapi gue lupa haha. Sayangnya di tempat lain gak ada yang seperti ini dan gak seenak buatan ibu-ibu itu. Jangan lupa dicicip !

opo iki jeneng e?

One Reply to “Setengah Hari di Cirebon, Kemana? (Wisata Keraton Cirebon)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *