Adalah buku ‘ Rentang Kisah’ miliki Gita Savitri ini menjadi banyak perbincangan di dunia maya karena cerita-ceritanya yang inspiratif dalam tiap bagian-bagian bukunya. Katanya sih begitu. Untuk mengobati rasa penasaran gue, akhirnya gue mencoba membaca buku ini. Dan ajaibnya gue bisa melahap buku ini haya dalam waktu sekitar 2 jam-an saja.
Se-worth-it itu kah bukunya?
First of all, yang belum tahu Gita Safitri itu siapa? Doski adalah wanita berhijab salah satu influencer (katanya- tapi doski gak mau dibilang begitu). Jujur saja, pertama kali gue liat Gita karena gak sengaja ada di recomendation video-nya Youtube. Seinget gue videonya waktu itu masih pertama kali membahas seputar Jerman, dia mencoba bikin vlog yang masih kaku banget, pakai kamera DSLR yang segede gaban, cerita-cerita gitu soal kehidupannya di Jerman, main-main ke Taman dll. Dan subsciber-nya pun video Youtubenya masih sekiatr 2000-10.000-an orang aja. Karena topik videonya yang gak berat-berat dan gak alay-alay amat. Jadilah gue subscibe si Gita dan sampai sekarang subscriber-nya membludak. Twitternya baru gue follow sekitar satu bulan yang lalu dan instagramnya baru gue follow beberapa pekan ini (sayangnya isi instagramnya kebanyakanyan endorse-an semua). Dan yang paling gue suka sih bagian blognya. Karena gue seorang #blogwalker, sampailah gue di blognya si Gita yang menurut gue mempresentasikan siapa Gita sebenarnya.
Lewat buku ini Gita mencoba membagi cerita-ceritanya lewat rangkaian kata hasil buah karya nya sendiri, sumber yang menginsipirasi, karena kemampuan menulisnya memang berasal dari kebiasannya menulis blog. Mulai dari hobi nyanyi, nulis, youtube dan seabrek kegiatan lainnya ini, gak salah sih kalau Gita jadi panutan banyak remaja jaman sekarang. Kerennya lagi, semua kegiatannya itu gak ada hubungannya dengan perkuliahan yang dia ambil sekarang. KIMIA MURNI COY. Kalau yang suka ikutin vlog-nya sih paham banget pasti.
Merasa terwakili dengan apa yang Gita lakukan, hobi yang Gita kerjakan, dan lain sebagainya, jadilah gue mulai mengikuti kegiatan-kegiatannya ini salah satunya adalah kepoin buku pertama dia “ Rentang Kisah”
Secara subjektif (gak semua orang harus pro-kontra sih), sebagai orang yang sepantaran/seumuran Gita rasanya kurang greget aja gitu baca buku ini.
Sorry to say, kontennya basic banget terutama bab-bab awal yang kayaknya iyah semua itu semua orang juga mengalaminya. Ekspektasi pertama gue mulai gue turunkan sedikit terhadap buku ini. Balik lagi, Gita selalu menekankan kalau dia bukanlah seorang penulis, tapi bukan jadi pemakluman gue juga sih karena gita sebenarnya punya potensi yang handal. Gue juga serasa kehilangan moment ‘Gue-Elo’nya Gita yang banyak dia lontarakan baik di blog maupun di Youtube video, karena menurut gue ‘Gue-Elo’nya ini lah yang menjadi ciri khas Gita dan digantikan dengan
‘Aku ..’
oh why ?
Balik lagi sih soal selera, atau mungkin mengikuti target pasar yang menyesuaikan berbagai kondisi, misalnya follower atau subscriber-nya Gita yang kebanyakan usia anak muda. Nah untuk usia-usia segua, rasanya buku ini terlalu ringan, sehingga gue bisa baca buku ini dalam sekali libat, gak butuh waktu lama. Gue lebih suka gaya penulisan Gita via blog yang menurut gue lebih ekspresif dan mind blowing aja gitu, sesuatu yang gak terpikirkan bikin kita mikir. Sesuatu yang jarang disampaikan oleh banyak orang bisa dituliskan dengan sangat terperinci. Bisa membuat orang yang membacanya ikut mangut-mangut dan bilang.
“oh gitu yah, …”
Gak heran kenapa blognya selalu banjir komentar yang menyanjung-nyanjung si Gita.
Balik lagi soal jalan ceritanya, jangan berekspektasi cerita Gita lewat Rentang Kisah ini sedramatik novel-novel atau buku-buku karya maestro gitu. Rentang Kisah lebih mirip buku catatan Gita beberapa waktu lalu, kita dibawa flashback ke masa-masa Gita remaja, masa-masa puber, masa-masa galau, masa-masa dimana masalah itu cuma sekedar masuk kuliah dimana, masa-masa yang sangat relate dengan kita. That why buku ini connected banget sama abege-abege sekarang yang butuh pencerahan
Walaupun disisi lain, ada juga part yang bikin gue membaca pelan-pelan. Part yang sangat religius, menyentuh, dan bikin gue mikir sejenak.
‘Apakah gue juga gitu juga??’
Adalah part dimana si Gita mulai mengenalkan agama Islam ke Paul (pacarnya) yang notabene adalah seorang non-muslim. Moment-moment yang disampaikan Gita ketika si Paul sedang baca syahadat, di negara orang lagi, kayaknya bikin merinding banget kalau dibayangin. Moment saat Gita mulai memertanyakan posisinya sebagai seorang muslim tapi gak muslim-muslim banget (lah, ini sih gue banget). Part ini sih yang paling gue suka jadi turning point dari Rentang Kisah ini.
Selain itu, lainnya masih biasa aja (Sorry). Gita memang tidak menjanjikan buku gimana-gimana, tapi catatan kehidupan dirinya yang dibukukan.
Ini kacamata gue sebagai seorang pembaca amatiran yah, sekali lagi sifatnya subjectif
Cerita-cerita lainnya juga gak ada yang bikin ‘eeeeegggh’ gitu. Walaupun ada part yang membicarakan kehidupan Gita sama Ibunya tapi gue gak dapat chemistry yang coba dibangun lewat buku ini.
But over all, cukup inspiratif dan informatif (terutama part belajar di Jermannya) untuk kamu yang doyan baca cerita harian mahasiswa Jerman, Gita mengajak kamu untuk belajar bahwa hidup itu berjuang, walaupun terlihat enak hidup di luar negeri, di bilang ini dan itu, Gita bisa menggambarkan sisi lain dari tidak enaknya sebagai mahasiswa Indonesia yang tinggal di luar negeri. Gimana struggle-nya kehidupannya dan survive dengan mimpi dan cita-citanya terutama di usia-usia seperti Gita.
Berkat kepedulian Gita terhadap kualitas Youtube video di Indonesia yang itu-itu aja, lewat story-telling Gita lah lebih Youtube kita ada sedikit warnanya. Jujur aja, satu-satunya Youtuber yang isinya ngomong doang tapi masih gue dengerin sampai habis adalah ‘Opininya’ si Gita yang menurut gue, balik lagi mewakili apa yang banyak orang-orang atau remaja lain rasakan, tapi gak tahu caranya gimana. Dan itu bisa disampaikan dengan baik oleh Gita.
Mungkin setelah ini akan ada Rentang Kisah part 2-nya Gita yang membahas lebih banyak dan lebih dalam lagi mengenai kehidupan Gita. Karena sampai gue baca bab terakhir buku ini belum tersampaikan dengan jelas bagaimana perubahan-perubahan Gita setelah doski menjadi seorang Youtuber dan influencer yang karyanya diapresiasi banyak orang. Sense of humor di buku ini juga gak ada (karena bukan komedi juga yah) so buat kamu yang ngarep kayak buku-buku Raditya Dika di awal-awal gitu. Yah gak bakal nemuin.
Positive things yang Gita sampaikan lewat buku ini juga jelas banget, hiduplah jangan muluk-muluk.
Dont expect too much, its will hurt you so much.
Kita diajarkan untuk semua pasrahkan sama Allah aja, karena Allah adalah penentu segalanya.
Great Job,Gita