Gak bisa dipungkiri, perkembangan di era modern & kemudahan mengakses informasi sangat patut diacungi jempol. Suprisingly, berita yang barusan terjadi dalam hitungan detik bisa langsung tersebar ke berbagai platform media sosial. In positive way itu bantu kita banget dalam hal mencari informasi dan berita terupdate. Tapi, gak hanya itu, biar semakin menambah seru isi berita, diberi bumbu biar makin panas buat digoyang. Asik banget kan?!! Sangat cocok untuk tipikal Indonesian yang punya tingkat rasa ingin tahu alias kepo akut yang gak ada obat.
Kamu sadar gak sih, channel pertelevisian kamu itu sekarang sudah perlahan pindah ke media sosial. Bahkan anak-anak milenial sekarang kalau ditanya ada acara apa di tv, mereka cuma geleng geleng doang. Sangking jarang banget nonton tv dan keranjingan dengan internet. Sebagai generasi 90’an selayaknya gue harus berbangga deh betapa nikmatnya menonton kartun di hari minggu dari pagi hingga siang sebelum acara tinju. Anak-anak sekarang mana doyan dengan yang beginian. Disuguhi Doraemon pun mereka gak ada interest-interestnya. Yah, balik lagi soal selera.
“Youtube lebih dari TV kak”
Bullshit!!!
Makan itu Youtube kalau kamu cuma lihat-lihat Trending-Trending Video atau ngikutin Vlog-vlog yang isinya antah berantah itu. Gak bisa dibilang kalau konten youtube yang dibuat para kreator vlogger gak ada manfaatnya sih. Cuma yang beneran manfaat hanya sekuprit dan sisaan lainnya basian. Dari sisi visual memang Youtube menawarkan banyak pilihan ketimbang televisi, tapi dari sisi konten gue lebih milih tv sekarang yang lebih selektif untuk menampilkan acara, walaupun agak sebel juga sih apa apa yang gak penting pun ikut di sensor. Haha (Berterimakasihlah dengan KPI). Its much better daripada Youtube yang penggunaannya tidak dibatasi kecuali dari faktor diri sendiri.
Percaya sama gue deh, kamu cuma lihat video edukatif di Youtube kalau gak karena tugas kuliah/sekolah sisanya adalah nyasar. Selebihnya adalah ngepoin updatean vloger-vloger itu sembari baca-bacain comment section-nya. Penting? Gak sama sekali.
Apa mau dikata, realitas yang terjadi sekarang adalah para milenial menjadikan media sosial ini sebagai “larian” untuk membuat dunia imajiner lewat apa yang ditonton. Memenuhi hasrat keingintahuan dengan banyak menonton. Good but worse in the same time.
“Kak, tapi kan gak semua milenials begitu?”
Absolutely not. Gak banyak orang-orang yang beneran jadi kreatif gegara media sosial. Sisanya adalah para penikmat yang sebenarnya adalah sasaran para kreator ini.
Kayaknya gue mulai terlihat nyinyir nih. haha
its fine lah, gue nyinyir di kolom gue sendiri.
Hal serupa juga terjadi di platform paling hits seantero dunia, Instagram. Hampir setiap gue lihat tab explore instagram gue selalu muncul akun-akun gosip yang sekarang bak menjamur siap panen. Entah siapa yang selalu ngomentarin atau sekedar nge-like akun-akun kontroversial ini sampai akhirnya selalu nongol di explore. Ingat banget dulu sebelum akun-akun ini bermunculan, feed gue paling banter isinya paling gambar-gambar pemandangan.
Sudah hampir satu bulan ini gue mem-block block akun akun gosip garis keras macam ini. Padahal gue gak nge-follow mereka satupun sampai sekarang. Gue rasa gak ada faidahnya gue harus mengikuti akun yang makin hari makin tenar ini. Terbukti followernya yang semakin nambah dengan ratu inisiator pergosipan instagram ini, siapa lagi kalau bukan the one and only Lambe Turah.
Ini akun sumpah jadi sumber paling informatif andelan para netizen atau para kreatif acara tivi, hanya berdasakan postingan “Cekrak-cekrek” bisa booming dan viral dimana-dimana. Ibarat satu tumbuh seribu, satu akun diblokir instagram muncul ribuan lainnya yang siap menebar berita walaupun itu hoax atau beneran juga kayaknya mereka gak peduli.
Masih ingat kasus si Pak Mario teguh?
Masih ingat kasus si Pablo Benua?
atau gak sih Dian Satrowardoyo deh, yang opininya digiring seolah tidak ramah dengan fansnya.
Kalau belum tahu silakan search aja di Instagram, dalam hitungan menit pasti lo udah paham. haha
Gue gak ngerti harus nyebut akun-akun gosip ini kreator atau bukan. Kreator dalam bidang yang positif enggak juga, kreator dalam sesi kehebohan mungkin yah. Karena bagaimanapun kita menikmati kehebohan yang ditawarkan gegara updatean si lambe-lambe ini.
Berterima kasihlah karena berkat akun-akun ini kita jadi lebih peduli dengan keadaan sekitar, yah minimal kita paham siapa artis-artis yang lagi happening entah itu balajaer atau si rafiinagita. Siapa yang peduli!!!
Oke, gue gak akan ngebahas kepopuleran si Lambe Turah dan kedahsyatannya dalam membentuk opini publik ini.
Mari membahas tentang kamu, iya kamu. Si Generasi Lambe.
Kenapa sih si Lambe ini punya banyak banget follower?
iya karena kamu, salah satu follower yang sangat responsible terhadap berita yang disebar sama si lambe. Seseorang tidak akan menjadi aktif kalau tidak ada dasar responsif. Si Lambe jujur kok kalau dia mengawali semuanya ini karena kejengahan doski sama acara tv yang banyak settingannya. Sama persis seperti kita.
Beritanya kamu bisa baca di sini: https://www.vice.com/id_id/article/hegemoni-lambe-turah-atas-dunia-maya-indonesia
Ibarat sejiwa, kamu mensupport apapun yang doski share sekalipun itu adalah postingan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kemampuan si Lambe untuk membentuk opini publik benar-benar mencuci isi kepala kamu untuk seolah ‘Mengamini’ apa yang dilakukan si lambe adalah hal yang patut diapresiasi. Yah, mulai dari kita yang pengen tahu, sekedar lihat-lihat postingan, kemudian memfollow karena penasaran dengan berita terbaru.
Kemudian muncul keinginan mengomantari, berawal dari komenan sederhana, kemudian merasa ditanggapi oleh follower lain, komentarmu semakin bertambah dan bertubi-tubi. Kamu gak pernah peduli apakah komentar kamu cukup menyakiti orang yang sedang dibahas, karena bagi kamu yang penting hasratmu terpuaskan.
Fanatik boleh, begok jangan.
Kita hidup di era sosial media, dimana setiap opini ingin didengar dan diapreasiasi. Apabila ada orang yang tidak seide sama kamu, kamu akan jatuhkan sejadi-jadinya. Gue ingat waktu itu sengaja gue pancing para follower yang sedang membalas satu topik di akun lambe (iseng aja). Dan bisa dibayangkan, gue dibombardir dengan berbagai pernyataan, dari yang bicara baik-baik, yang nampak santun, hingga yang paling bringas dan kasar.
Sayangnya orang orang seperti ini tidak akan pernah mau dinasehatin, masih kekeuh dengan opininya, junjungannya, dan merasa apa yang dilakukannya adalah paling benar. Karena pada dasarnya mereka belum mencapai di satu titik dimana yang mereka lakukan adalah sesuatu hal yang sia-sia. Dengan berkedok ‘bebas mengeluarkan pendapat, padahal nyinyir tanpa ada batasnya’
Men, berpendapat dan nyinyir itu beda konteks. Contohnya nih yah, ada tetangga kamu beli baju baru, karena kurang sesuai dengan badan dia, kamu bilang doski lebih baik cari model baju lain, tapi kamu juga komentari badan dia sambil menyalahkan pola makan, gaya hidup, warna rambut, dan isi kulkas dia, itu namanya nyinyir.
Sedihnya lagi, kalau kamu perhatikan para penghuni akun akun yang si lambe ini adalah para ibu-ibu muda garis keras dengan follower yang sekuprit. Yah ada juga para si alayer penghuni instagram yang isi feednya selfie semua, atau si pemuda-pemuda tanggung yang follow in banyak artis-artis/selebgram.
Budaya bullying yang sekarang makin mengental, seperti kasus Ibu Guru yang harus memukul siswa didiknya beberapa waktu lalu yang sampai beliau dipenjara. Kita mengomentari kasus itu seolah kita Tuhan penentu keadilan. Disadari atau enggak, kita turut juga melakukan kekerasan verbal walaupun tidak langsung yang akan menyakiti keduanya. Banyak kan artis artis yang berusaha memenjarakan followernya yang dianggap terlalu keras dan ‘jahat’ dalam berkomentar.
Ketikan-mu, harimau-mu, men.
Ibarat masakan, memang kitalah bumbunya. Kita siap untuk menambahkan rasa-rasa sesuai harapan si akun akun lambe ini. Kalau kamu bilang akun lambe itu gak semuanya begitu, lets check their acoount, selain menyasar endorsement mereka juga (sekarang) aktif menyuarakan kebaikan (dengan membantu sesama). Lah berita kebaikan sama kenyinyiran banyakan juga nyinyirnya. Masih banyak akun-akun baik yang bermanfaat tapi malah cuma dapat follower seadanya. Karena apa? gak menarik. Esensi entertain receh yang disajikan lambe lambe ini yang gak akan pernah ada di akun-akun baik lainnya.
Generasi santun, hormat bertutur dan beretika itu udah jadi sejarah jaman dulu. Yah, kalau gak bisa memendam hasrat ingin tahu, setidaknya menahan diri tidak ikut berkomentar adalah hal yang penting dilakukan. Masih ingat kan ketika Raisa di lamar Hamish, sekarang para follower nyasar ke akunnya Keenan buat nge’puk-puk’in Keenan seolah dia adalah orang yang paling perlu dikasihanin, coba itu dibalik jadi kamu yang rasain. Sekalipun itu candaan tapi annoying banget kan, menjadikan orang jadi candaan kamu hanya karena kamu pengen dilihat itu nggak banget, meme yang dibuat untuk candaan yang nyatanya itu adalah bullying alus demi like yang banyak itu juga shit banget.
Oke, fine, mungkin selera humor gue yang cemen gak selevel kalian yang dibikinin meme dikit aja udah lebay nauzubillah. Gak jadi pembenaran juga urusan pribadi orang lain jadi bahan bercandaan kan.
Menjadi kreatif masih banyak kok caranya, gak perlu dengan harus menginjak ‘kepala’ orang lain untuk bisa melompat lebih tinggi. Kalau dulu orang bilang gunakan media sosialmu secara bijak, mungkin sekarang harus bilang, gunakan media sosialmu secara bermartabat.
Salam.
Nice.
i feel like you are in front of me and tell me all of that words mas..
waaahhh..
like it ^_^
glad to hear that.
haha
more sharing soon :))