Many poeople say that single visit to Jogja is never enough. Yes, definitely true.
Bukan rahasia lagi, kalau Jogja adalah tempat yang membuat kita ingin selalu kembali. Bukan hanya karena makanannya, tempat wisatanya, tapi suasananya itu loh yang selalu dirindukan. Gak heran sih, banyak banget para pelancong dari seantero bumi ini bolak balik berkunjung ke Jogja.
Bagi kamu yang memang merindukan jogja, tapi gak ada partner untuk bepergian (Jomblo mode), atau yang udah keseringan bikin janji berlibur tapi gak pernah terealisasi? Saatnya kamu mencoba untuk jadi seorang Solo Backpacker.
Banyak orang yang worry banget jadi seorang solo backpacker. Tenang aja, Jogja adalah salah satu kota di Indonesia yang paling aman dan ramah untuk para solo backpacker pemula. Tinggal kita nya sendiri nih, yang pintar-pintar jaga diri, dan berupaya mengakomodir keperluan pribadi selama travelling sekaligus mengasah skill petualang.
Nah, salah satu pengalaman gue kemarin menjadi seorang solo backpacker untuk pertama kalinya di Jogja adalah mencari penginapan.
Gampang aja sih untuk mencari penginapan/hotel konvensional biasa untuk bermalam, cuma bukan backpacker namanya kalau cari penginapan yang mainstrem dan gitu-gitu aja. hahaha
Gue mencoba cara baru dengan menginap di dua tempat berbeda yaitu Hostel dan Home Stay.
Belum tahu apa itu Hostel?!
Penginapan ini cenderung seperti asrama artinya tamu yang menginap di sini harus berbagi ruangan dengan tamu lain yang tidak dikenal. Sedikit excited dan agak risih juga sih pertama kali membayangkan harus sekamar dengan stranger yang entah darimana, harus sharing kamar mandi dengan keruwetan peralatannya.
EDU HOSTEL JOGJA
Gue search info hostel beberapa hari sebelumnya di booking.com. Dan beberapa kandidat hostel yang masuk indikator gue pilih adalah permasalahan akses. Mudah dicari dan dekat dengan tempat makan adalah standarnya. Suprisingly, gue nemu salah satu hostel yang memenuhi kriteria gue yaitu EDU Hostel. Fiks gue booking. Hal yang bikin makin agak gak percaya itu harganya men ! Tarif kamarnya cuma dibandrol 80 ribu doang! Iyak beneran 80 ribu sudah termasuk sarapan. Anjaaay ini sih surga banget buat para backpacker.
Gue gak pernah berekspektasi banyak soal tempat tinggal. Apalagi ukuran hostel. Tapi Edu Hostel benar-benar melebihi ekspektasi gue.
Terletak hanya sekitar 15 menit dari area Malioboro, Edu Hostel malah mirip hotel ketimbang hostel. Begitupula dilihat dari kejauhan.
Fix, jatuh cinta pada pandangan pertama ini mah. Segera gue memarkirkan motor sewaan gue di ground hostel ini. Lah, rasa-rasa malah kayak parkir di dalam mal sangking luasnya. Lanjut ke arah loby, gue check in dan memberikan deposito sebesar 50 ribu dan akan dikembalikan pas check out keeseokan harinya. Kemudian gue diantarkan ke kamar yang ada di lantai 3.
Kamarnya lucu, persis mirip asrama di tivi-tivi itu. Ada kasur bertingkat dilengkapi dengan loker dan dan kamar mandi yang terpisah untuk tempat pup dan tempat mandi. Ada juga colokan yang tersembunyi di dalam loker. Sayangnya sih colokan ini cuma satu per loker, jadi agak merepotkan ketika harus charge banyak gadget dalam waktu bersamaan, selain itu tidak adanya pengunci sehingga harus di tambah gembok lagi yang disediakan di resepsionis.
Keseruan yang pastinya kamu dapatkan dengan stay di tempat seperti ini sih pasti teman-temannya. Gue bertemu dengan beberapa teman sekamar gue yang satu seorang anak agensi entertaiment di Bandung, satu orang pelajar dari Surabaya, dan satu lagi bapak-bapak dari Jakarta yang (ngakunya) udah tinggal berhari-hari di Edu Hostel.
Asik sih, bisa tahu banyak hal dengan ngobrol-ngobol dengan stranger dengan passion yang sama. Cuma karena sudah punya agenda sendiri-sendiri kami gak sempat untuk liburan bareng, yah setidaknya makan malam bareng di angkringan depan hotel seru juga. Cuma jangan terlalu terbawa suasana juga yah, nanti kamu gak fokus sama liburan kamu sendiri dan terlena dengan obrolan teman ‘baru” kamu yang ceritanya entah beneran atau bohongan.
Malam pertama menginap di Edu Hostel gue merasa aneh, Hahaha tidur berasa diliatin dan merasa gak nyenyak aja karena ada orang lain satu kamar. Dan gue grusak-gusruk gak karuan , badan gue bentol-bentol karena ternyata kasurnya kutuan atau mungkin tungauan. Bye. Dan akhirnya gue pindah ke kasur yang lain yang waktu itu kosong. Baru deh gue tidur nyenyak.
Oh iya, fasiitas lain yang ditawarkan oleh Edu Hostel sangat lengkap. Ada rooftop tempat kamu berleha-lehe sambil liat sunrise kota Jogja, ada pool-nya juga, dan mural-mural yang asik buat foto-foto. Ada juga tempat istirahat di area loby yang bisa bikin kamu relaks setelah keliling kota seharian.
Yass, gue merekomendasikan Edu Hostel sebagai salah satu alternatif menginap di Jogja bagi kamu para penikmat solo traveler. Selain aman dari sisi harga, Edu Hostel juga menawarkan kenyamanan menginap dengan fasilitas juara. Bagi kamu yang sedang cari-cari infonya bisa langsung kunjungi di http://www.eduhostels.com untuk informasi selengkapnya.
NDALEM MBAH CHARLY
Satu lagi rekomendasi menginap kamu di Jogja, yang senang dengan nuansa kejogjaan, gak suka dengan suasana yang terlalu ramai, tapi masih ramah di kantong.
Ndalem itu artinya rumah, iyah rumah Mbah Charly, waktu pertama kali datang kemari bingung yang mana mbahnya. Sejujurnya, Ndalem Mbah Charly ini rumah biasa, rumah rumah jogja tempo dulu. Letaknya pun beneran di dalam kompleks perumahan. Agak sulit sih dari segi akses, cuma yang gue inget dia di belakang Sushi Tei Jogja dan deket kawasan distro-distro dan kafe-kafe yang bertaburan dan ramai sekali kalau malam sekitar Demangan, Jogjakarta.
Dari sisi harga, masih sangat rasional banget untuk para solo backpacker. Gue menyewa satu kamar dengan 2 bed dengan kamar mandi berada di luar. Kamarnya benar-benar klasik, asli rumah jadul banget. Cuma konsep-konsep rumah yang begini memang lebih disukai oleh para bule-bule. Terbukti, mostly yang gue temui tamunya di sini isinya bule semua.
Karena gue berdua jadinya gue hanya kena sekitar 80 ribu doang per orang. Gile! ini sih bikin bahagia bangetlah nginep di tempat oke tapi fasilitasnya juga lumayan. Walaupun tidak selengkap di Edu Hostel, tapi Ndalem Mbah Charly terasa lebih homie bagi gue.
Sayangnya sih harga yang gue ambil belum termasuk sarapan, jadinya kalau pagi dan dalam kondisi lapar kita harus jalan keluar dulu (kalau gak mager) atau mungkin bisa pesen makan sama mbaknya nanti akan ditambah dengan ekstra charge. Suasana Ndalem Mbah Charly bikin ngantuuuuuk banget. Dingin walau Jogja sebenarnya panas banget. Mungkin efek ubin kotak kotak jaman dulu ini juga kali yah yang bikin glesotan di lantai.
Over all, Ndalem Mbah Charly its really good to stay. Gak berisik tempatnya, homie, aman di kantong, dan yang jadi nilai tambah sih pegawainya yang baik banget. Kita aja masih dibolehin titip tas dan mandi sekalian walaupun kita udah check out. Jadilah kita numpang mandi dulu sebelum meninggalkan Jogja. Tempat lain mah, boro-borooo. Oh iya di tempat ini juga ditawarkan paket jalan-jalan keliling Jogja loh, bagi kamu yang gak mau repot-repot jalan dan nyasar sendiri. Seru kan.
Pertanyaan yang belum terjawab hingga sekarang adalah siapa sebenarnya Mbah Charly ini?
Good info ??