Bandung identik dengan bukit, gunung dan lembah-lembah yang hijau dan, asri dan sejuk. Sayangnya, Bandung sendiri tidak berlokasi dekat dengan pantai. Jadi pilihan wisatanya pun terbatas seputar homestay, cottage, villa, outbound, sungai-sungai dan air terjun.
Bicara soal air terjun, banyak pilihan wisata air terjun yang ada di Bandung. Kalau mau yang mainstream sih bisa ke Curug Pelangi atau atau yang mau chilling dan family time gitu. Kamu bisa mampir ke daerah Maribaya.
Tapi, buat kamu -yang anaknya antimainstream- suka berpetualangan (atau stok kunjungan ke bandung kamu udah abis) kamu bisa nih datangin wisata air terjun paling WAH Se-Bandung Raya.
CURUG MALELA
Secara personal sih gue sebenarnya tidak terlalu suka dengan wisata air terjun, karena sampai sekarang belum ada air terjun yang bikin gue terkesima (Alah) sampai mulut menganga. Bukan berarti wisata air terjun lainnya gak cantik sih, cuma kadang mikirnya “gitu doang?“
Kayaknya gue kualat dengan perkataan gue sendiri nih. Curug Malela bikin “gitu doang” gue menjadi …
“GILA GINI AMAT YA TUHAN !!!”
Curug Malela terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga – Gununghalu Kabupaten Bandung Barat. Menurut, Google Map sih jaraknya sekitar 3 Jam-an dari kota Bandung via kendaran pribadi. Deket kok, dekeet …
Tapi sayang beberapa warga asli Bandung yang gue tanya pernah ke Malela gak, jawabanya selalu sama. Jauh Banget. Noted.
Rasa penasaran gue semakin memuncak karena agenda stalking instagram dan blog tentang Curug Malela kasih hasil gambar yang bagus-bagus. Walaupun beberapa review juga mengatakan kalau akses ke sana sangatlah sulit. Tapi gue tetap kekeuh ! #anaknyagampangpenasaranbanget
Kita (gue dan teman gue, Ratih). Berdua doang. Iya. Fine. Berangkat dari kota Bandung sekitar pukul 09.00 WIB setelah subuh-subuh berburu sunrise di Tebing Keraton. Sebenarnya sudah terlalu siang untuk berangkat karena perjalanan lumayan memakan waktu. Jadi, better teman-teman yang mau ke sana mending pagi sekalian atau sore sekalian (asal gak kemaleman) buat camping di Curug Malela.
Agak sulit untuk mencari jalan via aplikasi WAZE karena GPS gak mau recognize akses ke sana. Nah loh. Tapi untuk Google Map masih bisa menjangkau kawasan Malela. Walau penunjuk arahnya gak jelas.
Berhubung kita menggunakan sepeda motor matik untuk sarana transportasi demi kepentingan efesiensi (kemahalan sewa mobil). Dari Kota Bandung sebenarnya bisa lewat jalan tol menuju lokasi dengan akses rute perjalanan melalui jalur alternatif ke arah Cimahi-Cililin-Sendang Kerta-Bunijaya. Berhubung kita naik motor (matik) lagi perjalanan jadi terasa sangat lama karena harus masuk-masuk gang, lewat rumah penduduk, sawah-sawah dan berbagai macam lainnya. Karena kita berpedoman sama Google Map.
Oh iya, pastiin juga hape kamu full baterai atau paling gak bawa cadangan baterai karena bakal sangat kepake selama perjalanan. Gak banyak rambu-rambu yang menunjukan arah ke Curug Malela, yang ada hanya petunjuk nama kabupatennya gitu. Jadi harus tetap perhatikan jalan, perhatikan GPS, dan jangan malu untuk nanya warga lokal.
Awal perjalanan, masih santai lah. Karena masih kepikiran kalau Curug Malela itu gak-terlalu-jauh. Tiga jam versi Bandung dan versi Jakarta ternyata nyata perbedaannya.
Rumah-rumah padat penduduk, berubah menjadi kawasan industrial di daerah Cimahi, berganti perumahan yang mulai agak jarang penduduk, banyak sawah-sawah, ada sungai yang membelah sawah-sawah (sumpah daerah yang ini cantik banget tapi lupa nama daerahnya) hingga naik turun bukit dan jalan berkelak-kelok sampai akhirnya masuk wilayah perkebunan teh Montaya. Kita sempet bingung sebenarnya kita di Bandung apa di Bogor. Oh iya, jangan lupa sepanjang perjalanan siapkan perbekalan kamu, karena semakin menjauh dari perkotaan maka semakin jarang warung makan yang bisa kamu temuin. Lebih baik makan nasi padang haha, dengan double nasi double lauk, karena itu pas banget membayar kerja keras kamu nantinya pas sampai di Curug Malela.
Sebenarnya akses jalan ini masih tergolong mudah untuk dilalui, apalagi kamu yang berkendara mobil. Jalanan masih standar lah, dan masih asik memanjakan mata. Tapi bagi yang berkendara motor, yah paling pantat rasa perih aja. Siap-siap ambeyen hiahaha
Sesampainya di Perkebunan Teh Montaya, kamu yang berkendara mobil wajib untuk menitipkan mobil kamu di sini.
What ? Why ?
Kalau mobil kamu mobil standar biasa aja, gak jamin deh bakal lolos lewat jalan masuk Curug Malela. Sangat direkomendasikan untuk menggunakan mobil-mobil tangguh sekelas Jeep atau mobil-mobil gahar lainnya. Berasa mau off-road yah -.-“. Nah tetep toh, ujung-ujungnya naik motor juga hiahaha. Para penduduk lokal biasanya menawarkan ojek untuk diantarkan sampai ke Curug Malela. Soal harga, nego sendiri ya !
Perjalanan dari Perkebunan Teh Montaya ke gerbang masuk Curug Malela memakan waktu sekitar hampir satu jam. Padahal waktu kita sampai di Montaya sekitar pukul 11.30. Belum sampai juga men, badan udah kucel nan lusuh, pantat pedas dan tangan pegel gila. Hati-hati bawa kendaraannya, karena kamu harus dengan konsentrasi penuh untuk merhatiin rambu-rambu jalan/arah ke Curug Malela yang jaraknya semakin gak nampak sebenarnya dimana. Dan jam 12.30 menit kita sampai di gerbang Curug Malela. Baru gerbang yah, baru gerbang !
Di poto terlihat ceria sekali yah pemirsa, padahal kenyataanya mah yah. eughhmm…
Perjalanan sesungguhnya ke Curug Malela itu baru dimulai dari sini men, jalanan berliku dan berbukit-bukit keluar masuk desa belum ada apa apanya. Dari sini menuju camp (gerbang utama) cuma 7 km aja kok. Cuma jalannya nauzubillah banget. Kamu harus kudu ekstra super sangat hati hati setelah melewati gerbang ini. Jalanannya random abis, ada batu-batu kerikil, batu-batu besar dan tiba-tiba ada jalan becek-becek gitu. Jaraknya sih cuma sedikit tapi waktu yang kita habiskan melewati jalan ini hampir satu jam. DOPE!
Catatan penting buat kamu yang gak biasa bawa motor , ada baiknya untuk mengenakan pakaian selayaknya pengguna motor. Apalagi perjalanan jauh. Contohlah ratih, dari ujung kaki hingga kepala tertutup rapat (mungkin besok dia pakai mantel ujan). Jangan kayak gue yang hanya bercelana pendek dan bersendal jepit. Hati-hati juga dengan laju motor kamu, karena mesin motor bisa saja tergores batu yang buat bau-bau kebakar gitu. Sering-sering di cek motornya.
Setelah 45 menit perjalanan dari pintu gerbang ke gerbang utama melewati jalan yang aduhai, sampailah kita di camp (gerbang utama) Curug Malela. Sayang, sangking gak tahannya lagi pengen liat sebagus apa sih tempatnya kok penderitaannya tiada akhir ini kita gak sempat ambil poto-poto. Segera kita persiapkan diri, berdoa, dan menahan lapar berat karena udah jam satu siang lewat kita siap untuk tracking. Yak tracking men !
Belum lengkap perjalanan siksa lahirian dan batiniah selama di perjalanan tadi, sekarang kita di uji lagi dengan tracking selama 45 menit. WHAT !!. Pantes kita bertanya-tanya sampai di gerbang utama kok gak ada tanda-tanda ada suara air terjunnya. Ternyata air terjunnya masih di tengah hutan. FINE. ITS TOTTALY FINE.
Dengan semangat pengen cepat sampai, bergegas kita menuruni anak tangga yang awalnya bagus dan tiba-tiba berubah menjadi tanah liat. Kamu harus ekstra hati-hati di sini kalau sampai kepeleset. Kamu selesai. Tapi sepanjang jalan lumayan sejuk, walau kita berkeringat berat gegara anak tangga yang gak ada ujungnya ini. Beberapa kali kita berhenti untuk istirahat dan makan bekal (nasi padang) untuk isi tenaga. Sepanjang jalan juga dikelilingi sawah dan aliran sungai dari mata air gitu. Cantik.
Dari kejauhan sudah mulai terdengar suara air tejun Curug Malela yang kita sudah sangat nanti-nantikan. Dan akhirnyaa…
Subhannalah, Allah maha besar sungguh. Dia memang menyimpan suatu keindahan tak tergantikan dibalik segala kesulitan. Curug Malela adalah air terjun terbesar yang pernah gue lihat. Mungkin kalau yang tertinggi lain lagi. Memang benar ternyata, Curug Malela ini dijulukin juga sebagai Little Niagara, emang agak beda sih, kalo Curug itu biasanya menjulang tinggi, kalo Malela ini melebar sekitar 50 Meter dengan ketinggian 60-70 Meter. Daebak !!
Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun bertingkat sepanjang 1 kilometer. Urutannya adalah: Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngeubul, Curug Sumpel, Curug Palisir, dan ditutup dengan Curug Pamengpeuk. Jadi sob, kalau ke sini kamu gak cuma lihat Curug Malela aja, tapi juga curug lain yang letaknya gak jauh dari Curug Malela (cuma yah menyisiri sungai kalau gak masuk masuk hutan gitu). Sayang waktu kita datang debt air sedang tinggi-tingginya. Jadi Curug Malela malah mirip air bah ketimbang air terjun. Tapi tetep cantik. Susah dideskrpsikanya kalau gak liat langsung. Kita juga melihat salah satu curug lainnya ..
Cantik, asli cantik banget. Curug yang ini bisa buat mandi atau sekedar main air setelah rangkaian perjalanan melelahkan tadi. Masih bersih dan alami. Cuma tetap hati-hati yah..
Curug Malela mengajarkan banyak hal, bukan hanya tentang pentingnya persiapan, tapi juga sikap kita yang kadang “sok” ekplorer buat lebih down to earth. Walaupun sebenarnya diluar sana masih banyak tempat indah dan lebih menantang lainnya. Dan gue cukup bangga bisa melihat salah satunya. Anyway tempat ini kurang cocok sih buat kamu yang pengen liburan selow-selow gitu. Tapi buat traveler sejati. YOU MUST ! Kamu warga Bandung asli maupun pendatang. Warga Indonesia ataupun warga asing. Wajib banget one time in your life, tried to something new and unpredictable moment .
Semua kebayar.
Perjuangan kita terbayar.
LUNAS!
notes :
- Semoga pemerintah daerah maupun provinsi lebih perhatian dengan potensi potensi wisata di daerahnya. Curug Malela bukan hanya sekedar tempat wisata, tapi dengan membangunnya dengan lebih baik turut membantu perekonomian warga lokal dalam memperbaiki kualitas hidup mereka.
- Tolong yah, akses jalannya itu loh terutama dibenerin dulu -.-“
- Kita balik sampai di Kota Bandung lagi hampir jam 10 malam, ada tempat makan enak seafood murah banget di pinggiran jalan di samping danau/sungai gitu setelah jembatan di daerah Cililin. Kamu harus cobaa !!