AIDS epidemic in Tijuana

Kemarin, 14 April 2016. Seorang teman lama berkunjung ke Jakarta untuk suatu keperluan. Dan siapa sangka, salah satu agenda keperluannya adalah Tes HIV (what ?!)

Jadilah gue sebagai tuan rumah mencoba browsing ke sana kemari cari informasi sebanyak mungkin bagaimana cara untuk Tes HIV dengan aman, nyaman, terpercaya sekaligus rahasia. Beberapa website sangat membantu penelusuran tempat-tempat tes hiv terutama di Jakarta. Tapi sebelum kita tahu lebih lanjut, mari kenalan dulu dengan HIV yuk!

Apa itu HIV ?

Mungkin sebagian teman-teman sudah tahu tentang HIV, banyak sekali informasi yang bisa kamu dapat dengan hanya menggoogling keyword soal HIV. Cuma sayang banyak masyarakat masih malas untuk mencari informasi sendiri terkait penyakit ini.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit. Jadi semakin virus ini berkembang dalam tubuh manusia, manusia itu akan mudah sakit. Sakit yang biasa jadi terasa berat. Yang berat bakalan semakin parah.Sekalinya sakit proses penyembuhan nya pasti akan lama. Kira-kira begituu..

Faktanya, setiap 25 menit di Indonesia, satu orang akan terinfeksi  HIV. Satu dari lima orang yang terinfeksi berusia di bawah 25 tahun. Proyeksi Kementerian Kesehatan Indonesia memperlihatkan Papua, Jakarta dan Bali yang berada paling depan dalam tingkat penyebaran kasus HIV baru per 100.000 orang. Jakarta sendiri memiliki angka terbesar untuk kasus baru tiap tahunnya (alodokter.com)

hmm serem yaah ..

Bagaimana penularan HIV ?

How-do-I-get-HIV-final

HIV tidak akan menular melalui ?

HIV-myths-ver5_0

Bagaimana cara mengantsipasi HIV?

Tentu saja dengan menghindari faktor-faktor beresiko yang sudah disebutkan di atas. Dan salah satu cara mengantispiasi HIV adalah dengan melakukan HIV Test.

Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibody HIV di dalam sample darahnya. Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut resiko dari perilakunya selama ini.

Semakin cepat kita mengetahui status HIV kita, semakin banyak hal positif yang bisa kita lakukan dalam hidup ini. Banyak orang yang selama ini tidak menyadari resiko perilakunya terhadap kemungkinan tertular atau pun menularkan HIV, dan karena tidak segera menjalani tes HIV perilakunya tetap saja berisiko tinggi. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan kesadaran untuk menjaga kesehatan diri sendiri, pasangan maupun (calon) anak-anak .

Dimana tempat untuk Tes HIV ?

Sepengetahuan gue, ada beberapa rumah sakit dan klinik khususnya di Jakarta yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk tes HIV. Beberapa info temanteman.com diantaranya adalah :

 Pokdiskus AIDS FKUI / Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Unit Pelayanan Terpadu HIV Gedung Unit Rawat Jalan Terpadu
Lantai 4, RSCM, Jakarta

Jl. Diponegoro No. 71, Jakarta Pusat
Telp/Fax : (021) 3905250
Layanan :
– VCT
Senin – Jumat : 09.00 – 11.00 WIB
Rumah Sakit Dharmais 
Poliklinik Khusus HIV/AIDS 
Jl. Letjen S. Parman Kav. 84-86, Slipi, Jakarta Barat
Telp : (021) 5681570
Email : dharmais@dharmais.co.id
Contact Person : Prof. Dr. Samsuridjal (Ketua Tim HIV/AIDS), Mbak Yanti (Konselor)
Layanan : VCT, MK, ART
Senin – Jumat : 09.00 – 12.00 WIB
Carlo Klinik Ruang Carolus – RS. St.Carolus 

Jl. Salemba Raya No. 41, Jakarta 10440. Informasi 021-23567927.

Angsa Merah Clinic
Graha Media Building 2nd Floor
Jl. Blora, No. 8-10 Menteng, Jakarta Pusat
Telp: +62 21 3915189, Fax: 3159843
customer@angsamerah.com
Berapa biaya tes HIV ?
 GRATIS jika di lakukan di klinik maupun rumah sakit yang tergabung dalam organisasi atau yang mendukung pencegahan HIV.
Untuk biaya tes HIV VCT (Voluntary Counseling and Testing) yang di lakukan di rumah sakit atau klinik biasa yang menyediakan tes VCT, dari pengalaman yang sudah-sudah, biasanya di butuhkan biaya sekitar Rp 400.000 sampai Rp 600.000. Bila hasilnya REACTIVE (positif terkena HIV) kamu akan di sarankan untuk melakukan tes CD4 yang harganya lebih mahal sedikit dari tes VCT.
Berdasarkan informasi-informasi inilah akhirnya gue memutuskan untuk ikut Tes HIV. Walaupun bukan kali pertama ikut-ikut test terkait general medical check up, tetap aja takut dan was-was sih dengan hasilnya karena kalau ditelusuri lebih lanjut memang secara pribadi gue mempunyai faktor resiko juga baik yang gue sadari maupun enggak.
Ruang Carlo di RS. Carolus akhirnya menjadi pilihan gue dan teman gue untuk ikutan tes HIV. Lumayan agak sulit sih mencari lokasi ruang Carlo ini apalagi kalau kamu memang gak pernah masuk rumah sakit ini. Ruangannya agak masuk ke dalam kayaknya sih dekat pintu poliklinik lurus terus . Kalau kamu salah masuk pintu masuk carolus dekat IGD agak susah carinya mending lewat deket poliklinik aja. Oke !
DSC_0423
Ruang-Carlo-Community-Centre-1.jpg
Ruang Carlo

Ruang Carlo gak begitu lebar dan gak terlalu sempit juga. Ada tempat pendaftaran persis di depan pintu masuk dan beberapa kursi untuk ruang tunggu antrian. Ada juga beberapa ruangan lain mirip ruang konsultasi, ada juga ruang ambil darah dan ruang ambil obat. Sayang, kemarin gak bisa ambil gambar karena memang untuk kepentingan privasi dan kita juga harus respect juga dengan pasien-pasien yang lain. Tapi kamu bisa liat gambaran ruangannya di website khusus tentang cerita ruang karlo di Kisah carlo  yang memang untuk keperluan edukasi HIV Aids. So far, lumayan nyaman buat nunggu walaupun gak bisa bohong yah udah di dalam ruangan masih gemeteran. Apalagi lihat pasien-pasien yang lainnya pada berdatangan dengan pakai masker-masker gitu. Dan keliatannya pada sehat-sehat, tapi ternyata …. ah sudahlah gak enak ngomongin orang yang lagi sakit.

Pertama yang kamu lakukan adalah mendaftar di resepsionis. Kamu gak perlu daftar di ruang-ruang depan pendaftaran pasien itu untuk masuk ke ruang Carlo. Cukup langsung datang aja ke ruang karlo karena seluruh aktifitas pendaftaran kayaknya cuma dilakukan di sini. Nanti, suster atau dokternya bakal kasih kamu dua bundle yang isinya biodata dan semacam informed consent prosedur pengambilan darah.

DSC_0422
informed consent

Setelah kelar isi biodata, balik lagi ke resepsionis untuk ambil nomor antrian. abis itu udah deh tinggal nunggu di panggil aja. Gak begitu lama, tergantung banyak dikitnya pasien. gue sarankan datanglah pagi-pagi biar kondisinya lebih sepi dan kalau gak mau banyak orang liatin. Oh iya, fyi kamu boleh kok memasukkan biodata palsu, kalau kamu sangking takutnya nulis data kamu sendiri. Yang penting tanggal lahirnya jangan yah. Karena itu buat data statistik mereka kayaknyaa.

Nomor antrian gue di panggil dan akhirnya gue masuk ke ruangan pengambilan darah. Disitu ada suster yang bakal nanyain kamu hal hal seputar riwayat aktivitas kamu. terutama aktifitas seksual kalau kamu memang bukan orang yang ‘ngobat’.apalagi kalau pertama kali datang kayak gue. Agak bingung juga sih sebenernya suster ini cuma kepo doang atau memang buat data. Karena gak keliatan dia pegang kertas atau buku gitu. Pertanyaannya langung to the point lagi, bikin agak agak risih. Tapi better kamu gak perlu bohong-bohong banget juga.

Darah kita diambil kira-kira 4-6 cc an gitu untuk 2 tabung pakai jarum yang menurut gue agak kegedean yah, karena sampai sekarang lengan gue masih ada tanda biru-biru gara gara suntikan kemarin. Abis itu udah deh keluar sambil tunggu hasilnya 1-2 jam an. Gak ribet kan

Setelah 2 jam menunggu, satu persatu pasien di panggil sesuai nomor urut. Udah tuh, keringat dingin bermunculan, kaki udah lemes aja udah kayak nunggu hasil UN. Ruangan AC udah gak kerasa lagi rasa ACnya, sofa empukpun gak enak lagi buat gelendotan gegara nungguin hasil tes.

Yap, nomor gue akhirnya di panggil, gue di suruh tutup mata (oh enggak yah .. bukan mau ulang tahun) gue disuruh masuk ruang konsultasi bareng seorang dokter. gue lupa nama dokternya atau nama konsulennya, gue terlalu fokus sama hasilnya. Nah deh abis itu gue berasa kayak diinterview gitu ditanya tanya seputar kesehatan reproduksi sambil dijelasin faktor-faktor dan gejala yang  perlu diwaspadai tentang HIV. Dan lagi lagi petanyaan-pertanyaannya frontal dan menohok. Bakal keliatan tuh gelagat-gelatan manusia-manusia yang mau ngeles cari alasan. Karena memang lebih baik jujur jawab seada-adanya aja. Lagian infonya juga buat kesehatan kamu juga kok. Oh iya, ternyata Tes HIV ini mencangkup 2 pemeriksaan sekalian loh yaitu HIV dan Sifilis. Dan pemeriksaanya sekaligus.

Pak konsulen sudah memegang sebuah amplop dengan isi hasil pemeriksaan itu dan dia suruh buka kita bareng bareng. (Tanpa hitungan .. 1..2..3.. kita buka sama-sama yah). Setelah itu kita dijelasin hasilnya apa dan kira-kira preventifnya bagaimana. Katanya sih, kalau memang hasilnya positif bakal ada pemeriksaan lanjutan untuk identifikasi CD 4, yaitu marker antibodi yang positi untuk HIV. Atau yang hasilnya negatif disarankan untuk datang kembali 3 bulan lagi untuk diperiksa lagi kalau kalau kamu memang dinilai beresiko. Sejauh ini pelayanan di Ruang Carlo memuaskan dengan para suster, konsulen dan dokter yang ramah-ramah dan hasil yang dinilai akurat.

Sayang, untuk alasan keprivasian. Gua gak bisa kasih liat hasil tes gue ke tulisan ini. Cuma gambaran amplopnya kira kira begini

DSC_0428.JPG
amplop hasil pemeriksaan

Semoga informasi yang gue dapat kemarin bisa bermanfaat untuk teman-teman yang membaca ini. Tidak perlu takut untuk tes ini, baik kamu yang sehat walafiat atau kamu yang merasa beresiko karena berbagai faktor. Ada baiknya mencegah daripada ketahuan ketika sudah parah. Salah satu bentuk sayang kita dengan diri kita sendiri. Gak perlu sungkan karena pada dasarnya setiap manusia beresiko. Have a nice day !

awareness without action is worthless – Phill McGraw

One Reply to “How do i get tested for HIV (Based of True Story)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *